PEDOMAN BUDIDAYA MELON ORGANIK
Berikut ilustrasi pedoman budidaya Melon secara organik, untuk jenis pupuk bisa menggunakan merk/produk yg disukai/dipercaya selama semuanya pupuk Organik, semoga membantu.
1.
PEMBIBITAN
1.
Persyaratan Benih
Tanaman
melon yang sehat dan berproduksi optimal berasal dari bibit tanaman yang sehat,
kuat dan terawat baik pada awalnya. Benih direndam kedalam larutan WT Zpt
selama 15 menit. Benih yang baik berada di dasar air, dan benih yang kurang
baik akan mengapung di atas permukaan air. Oleh sebab itu pembibitan merupakan
kunci keberhasilan suatu agribisnis melon.
2.
Penyiapan Benih
a. Pengadaan benih secara generative
Fase
generatif ditandai dengan keluarnya bunga. Pada fase ini tanaman memerlukan
banyak unsur fosfor untuk memperkuat akar dan membentuk biji pada buah. Pada
fase ini apabila tanaman dalam kondisi sehat maka jaringjaring pada buah
diharapkan muncul secara merata. Untuk mendukung pertumbuhan generative &
mencegah tanaman kekurangan unsure boron & kalsium, tanaman disemprot
dengan WT Organik Cair dengan konsentrasi 2cc/liter 3 – 7 hari sekali.
b. Sumber benih
Untuk
menanam melon kita harus mengetahui sumber benihnya terlebih dahulu. Sebaiknya
selalu menggunakan benih asli (F1 hibrid).
c. Cara penyimpanan benih
Benih
harus disimpan ditempat yang kering dan tempat untuk menyimpan benih dapat
dibuatkan rumah pembibitan yang sederhana karena mengingat umur benih hanya
selama 10–14 hari, karena untuk melindungi benih tanaman yang masih muda dari
terik sinar matahari, air hujan, dan serangan hama maupun penyakit. Alas rumah
pembibitan, tempat polibag diletakkan dilapisi kertas koran agar perakaran
bibit tidak menembus ke dalam tanah.
d. Kebutuhan benih
Benih
yang dibutuhkan sesuai dengan luas tanam ditambah 10% untuk cadangan
penyulaman.
e. Perlakuan benih
Benih
melon memerlukan perlakuan yang lebih sederhana dibandingkan dengan benih
semangka non-biji. Hal ini karena kulit melon cukup tipis sehingga tidak
memerlukan perlakuan ekstra. Perlakuan untuk benih melon adalah pencucian,
perendaman, serta pemeraman benih.
3. Teknik
Penyemaian Benih
a. Cara dan Waktu Penyemaian
Benih
melon yang akan disemaikan, direndam terlebih dahulu di dalam larutan WT Zpt
selama 2–4 jam. Kemudian benih disemaikan pada polybag, yang telah diisi tanah
dan pupuk kandang yang dicampur dengan perbandingan 5:1. Benih disemaikan dalam
posisi tegak dan ujung calon akarnya menghadap ke bawah. Benih ditutup dengan
campuran abu sekam dan tanah dengan perbandingan 2:1 yang telah disiapkan, agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik, tidak mudah rebah. Untuk merangsang
perkecambahan benih dengan menciptakan suasana hangat maka tutuplah permukaan
persemaian dengan karung goni basah. Apabila kecambah telah muncul kepermukaan
media semai (pada hari ke-3 atau ke-4) maka karung goni dapat dibuka.
b. Pembuatan Media Semai
Melon
termasuk tanaman yang tidak terlalu menuntut media semai yang khusus untuk pembibitannya.
Medianya dapat dibuat dengan berbagai variasi, contohnya dengan mencampurkan
tanah, pasir dan pupuk kandang atau kompos, asal perbandingannya sesuai
misalnya 1:1:1. Untuk mendapatkan hasil bibit melon yang kekar dan sehat maka
komposisi media semai yang tepat terdiri dari campuran tanah, pupuk kandang
yang sdh terfermentasi dengan WT Effektif Organism, dicampur dan disemprot
dengan WT Zpt.
4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Setelah
benih disemai di polybag akan tumbuh menjadi calon bibit, dan harus mendapatkan
pemeliharaan yang baik agar menjadi bibit melon yang sehat dan kekar.
a) Cara dan Waktu Penyiraman
Bibit
dipersemaian di siram setiap pagi hari. Mulai dari kecambah belum muncul sampai
bibit muncul kepermukaan tanah. Untuk penyiraman digunakan tangki semprot. Saat
menyemprot untuk penyiraman jangan terlalu kuat karena akan mengikis tanah
media dan melemparkan benih atau kecambah keluar dari polibag. Apabila daun
sejati keluar, penyiraman bibit baru dapat dilakukan embrat atau gembor. Saat
cuaca panas, tanah pada polybag kering dan penyiraman perlu diulangi pada sore
hari, jangan menyiram bibit tanaman pada siang hari karena akan menyebabkan air
dan zat-zat makanan tidak dapat terserap akibatnya bibit menjadi kurus, kering
dan layu.
b) Penjarangan
Penjarangan
dilakukan dengan tujuan untuk menyiapkan bibit-bibit yang sehat dan kekar untuk
ditanam. Penjarangan ini mulai dilakukan 3 hari sebelum penanaman bibit ke
lapangan. Bibit yang mempunyai pertumbuhan seragam dikumpulkan menjadi satu. Bibit-bibit
yang pertumbuhannya merana disingkirkan dan tidak ditanam.
c) Pemupukan
Untuk
pertumbuhan vegetatif bibit dapat dipacu dengan penyemprotan pupuk WT Zpt cukup
dilakukan satu kali, yaitu pada saat umur bibit 7–9 HSS dengan konsentrasi
1cc/liter. Pupuk akar tidak perlu ditambahkan selama pembibitan karena pupuk
akar yang diberikan pada media semai telah mencukupi.
d) Pemberian Pestisida Pada Masa Pembibitan
Pada
masa pembibitan penyemprotan pestisida dilakukan apabila dianggap perlu.
Konsentrasi penuh akan menyebabkan daun-daun bibit melon ini terbakar
(plasmolisis). Penyomprotan WT Pesti ini dilakukan terutama pada saat 2-3 hari
sebelum bibit ditanam dilapangan.
5. Pemindahan Bibit
Bibit
melon dipindahkan ke lapangan apabila sudah berdaun 4–5 helai atau tanaman
melon telah berusia 10–12 hari. Cara pemindahan tidak berbeda dengan
cara pemindahan tanaman lainnya, yaitu kantong plastik polibag dibuang secara
hati-hati lalu bibit berikut tanahnya ditanam pada bedengan yang sudah dilubangi
sebelumnya, bedenganpun jangan sampai kekurangan air.
cara pemindahan tanaman lainnya, yaitu kantong plastik polibag dibuang secara
hati-hati lalu bibit berikut tanahnya ditanam pada bedengan yang sudah dilubangi
sebelumnya, bedenganpun jangan sampai kekurangan air.
2.
PENGOLAHAN MEDIA TANAM
1.
Persiapan
a. Pengukuran pH Tanah
Pengukuran
pH tanah dengan menggunakan alat pH meter. Tanah yang akan di ukur dibasahi
terlebih dahulu. Pengambilan sampel dilakukan di 10 titik yang berbeda,
kemudian dihitung pH rata-rata.
b. Analisis Tanah
Berdasarkan
fakta di lapangan tanaman melon dapat ditanam pada berbagai jenis tanah
terutama tanah andosol, latosol, regosol, dan grumosol, asalkan kekurangan dari
sifat-sifat tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan pengapuran, penambahan
bahan organik, maupun pemupukan.
c. Penetapan Waktu/Jadwal Tanam
Penetapan
waktu tanam berkaitan dengan perkiraan waktu panen suatu varietas melon yang
ditanam dan waktu panen varietas melon lainnya. Misalnya waktu tanam melon pada
bulan Maret adalah varietas ten me, April varietas aroma, Mei varietas new
century (hamiqua) dan seterusnya sehingga petani/pengusaha agribisnis perlu
menjadwal waktu tanaman varietas melon yang dikehendaki pelanggan.
d. Penetapan Luas Areal Penanaman
Penetapan
luas penanaman berkaitan erat dengan pemilikan modal, luas lahan yang tersedia,
musim dan permintaan pasar. Tanaman melon yang diusahakan di lahan terbuka di
musim hujan akan rusak terserang penyakit karena terguyur hujan terus-menerus.
Maka penanaman melon di musim hujan lebih diarahkan dengan sistem hidroponik.
e. Pengaturan Volume Produksi
Pengaturan
volume produksi berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat panen dan
permintaan pasar. Cara penanaman melon dilakukan secara bertahap. Misalnya
penanaman pertama 20% di lokasi A, kedua 40% di lokasi B, dan ketiga 40% di
lokasi C. Interval penanaman berkisar 2 minggu. Pengaturan ini lazim dilakukan
pada agribisnis melon dengan system hidroponik. Untuk menjaga kontinuitas
produksi, biasanya interval tanamnya berselang 1-2 minggu.
2. Pembukaan Lahan
a. Pembajakan
Untuk
penanaman melon di dataran menengah-tinggi, struktur tanah biasanya sudah
sangat remah sehingga tidak memerlukan pembajakan. Lahan yang dibajak harus
digenangi air lebih dahulu selama semalam, kemudian keesokan harinya dilakukan
pembajakan ini cukup untuk membalik tanah sehingga cukup dilakukan sekali
dengan kedalaman balikan sekitar 30 cm.
b. Penggarukan dan Pencangkulan Lahan Serta Waktu Lahan
Siap Tanam
Untuk
pencangkulan dan penggarukan, keadaan tanahnya harus cukup kering. Karena kita
bisa mudah membentuk tanah yang semula berbongkah-bongkah dan cukup liat, tanah
yang beremah-remah dan cukup sarang (mudah diserap air). Dengan tanah tersebut
akan menguntungkan tanaman. Selain perakarannya mudah menembus tanah, juga akan
mudah bernapas. Cara-cara pencangkulan adalah sebagai berikut:
1. Mula-mula lakukan pembalikan tanah (tanahnya masih
berbongkah-bongkah.
2. Tanah dari hasil pencangkulan pertama dihaluskan atau
dihancurkan, dengan kedalaman ± 30–50 cm. (untuk dua kali cangkulan)
3. Pencangkulan dilakukan kalau keadaan tanahnya
betul-betul sudah dikategorikan ke dalam tanah berat. Jika tidak, sekali
cangkul tanah sudah cukup beremah dan kita dapat mengerjakan pekerjaan yang
lain.
4. Setelah proses pencangkulan selesai, semprotkan WT
Organik cair secara merata keseluruh permukaan lahan. Hal ini dilakukan supaya
lahan sudah benar2 siap dan sehat untuk media tanam melon.
3. Pembentukan Bedengan
a. Cara Pembuatan
Selama
5–7 hari lahan dibiarkan kering setelah dibajak (atau dibalik). Proses ini akan
membuat tanah menjadi lengket dan berbongkah sehabis dibajak menjadi agak
hancur karena mengalami proses pengeringan matahari dan penganginan. Selama
proses tersebut beberapa senyawa kimia yang beracun dan merugikan tanaman dan
akan hilang perlahan-lahan. Setelah kering, bongkahan tanah dibuat petakan
dengan tali rafia untuk membentuk bedengan dengan ukuran panjang bedengan
maksimum 12–15 m; tinggi bedengan 30–50 cm; lebar bedengan 100–110 cm; dan
lebar parit 55–65 cm.
b. Bentuk Bedengan
Bedengan
dibentuk dengan cara mencangkuli bongkahan tanah menjandi struktur tanah yang
remah/gembur. Bila telah bentuk bedengan terlihat, baik itu bedengan
kasar/setengah jadi bedengan tersebut dikeringanginkan lagi selama seminggu
agar terjadi proses oksidasi/penguapan dari unsur-unsur beracun ada hingga
menghilang tuntas.
c. Ukuran dan Jarak Bedengan
Dengan
panjang maksimum 15 m tersebut akan memudahkan perawatan tanaman dan
mempercepat pembuangan air, terutama di musim hujan. Tinggi bedengan dibuat
sesuai dengan musim dan kondisi tanah. Pada musim hujan tinggi bedengan 50 cm
agar perakaran tanaman tidak terendam air jika hujan deras. Dan pada musim
kemarau tinggi bedengan cukup 30 cm, karena untuk memudahkan perawatan pada
saat bedengan digenangi. Parit dibuat dengan lebar 55–65 cm adalah untuk
memudahkan perawatan pada saat penyemprotan, pemasangan ajir, maupun penalian.
4. Pengapuran
Dengan
pengapuran akan menambah unsur hara kalsium yang diperlukan untuk dinding sel
tanaman. Pengapuran dapat menggunakan dolomit/calmag (CaCO3 MgCO3)
kalsit/kaptan (CaCO3). Setelah diperoleh pH rata-rata, penentuan kebutuhan
dapat dilakukan dengan menggunakan data berikut ini :
a. < 4,0 (paling asam): jumlah kapur >10,24 ton/ha
b. 4,2 (sangat asam): jumlah kapur 9,28 ton/ha
c. 4,6 (asam): jumlah kapur 7,39 ton/ha
d. 5,4 (asam): jumlah kapur 3,60 ton/ha
e. 5,6 (agak asam): jumlah kapur 2,65 ton/ha
f. 6,1 – 6,4 (agak asam): jumlah kapur <0,75 ton/ha
5. Pemasangan Mulsa Plastik Hitam-Perak (PHP)
Mulsa
PHP yang terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan berwarna perak di bagian atas
dan warna hitam dibagian bawah dengan berbagai keuntungan. Warna perak pada
mulsa akan memantulkan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis menjadi
lebih optimal, kondisi pertanaman tidak terlalu lembab, mengurangi serangan
penyakit, dan mengusir serangga-serangga penggangu tanaman seperti Thirps dan
Aphids. Sedangkan warna hitam pada mulsa akan menyerap panas sehingga suhu di
perakaran tanaman menhadi hangat. Akibatnya, perkembangan akar akan optimal.
Selain itu warna hitam juga mencegah sinar matahari menembus ke dalam tanah
sehingga benih-benih gulma tidak akan tumbuh (kecuali teki dan anak pisang).
Pemasangan mulsa PHP sebaiknya dilakukan pada saat panas matahari terik agar
mulsa dapat memuai sehingga menutup bedengan dengan tepat. Teknis pemasangannya
cukup oleh 2 orang untuk satu bedengan. Caranya tariklah kedua ujung mulsa pada
bedengan, kaitkan salah satu ujungnya pada bedengan menggunakan pasak penjepit
mulsa kemudian ujung yang satunya. Setelah kedua ujung mulsa PHP terkait erat
pada bedengan, dengan cara bersamaan tariklah mulsa pada kedua sisi bedengan
setiap meternya secara bersamaan. Kaitkan kedua sisi mulsa dan bedengan dengan
pasak penjepit tadi sehingga seluruh sisi mulsa terkait rapat pada bedengan.
Setelah selesai pemasangan, bedenganbedengan dibiarkan tertutup mulsa PHP
selama 3–5 hari sebelum dibuat lubang tanam. Tujuan agar pupuk yang diberikan
dapat berubah menjadi bentuk tersedia sehingga dapat diserap tanaman.
3.
TEKNIK PENANAMAN
1.
Penentuan Pola Tanam
Tanaman
melon merupakan tanaman semusim yang biasa ditanam dengan pola monokultur.
2.
Pembuatan Lubang Tanam
Untuk
membuat lubang tanam dengan menggunakan pelat pemanas atau memanfaatkan bekas
kaleng susu kental. Plat pemanas yang berupa potongan besi dengan diameter 10
cm, dibuat sedemikian rupa hingga panas yang ditimbulkan dari arang yang
dibakar mampu melubangi mulsa PHP dengan cepat. Model penanaman dapat berupa
dua baris berhadap-hadapan membentuk segi empat atau dia baros berhadap-hadapan
membentuk segi tiga.
3.
Cara Penanaman
Bibit
yang telah di semai + 3 minggu dipindahkan kedalam besar beserta medianya. Akar
tanaman diusahakan tidak sampai rusak saat menyobek polibag kecil. Cetakan
tanah yang telah berisi bibit melon, diletakkan pada lubang yang telah ditugal
dan diusahakan agar tidak pecah/hancur karena bisa mengakibatkan kerusakan akar
dan tanaman akan layu jika hari panas.
4.
PEMELIHARAAN TANAMAN
1.
Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan
dan penyulaman dilakukan bila dalam waktu 2 (dua) minggu setelah tanam bibit
tidak menunjukkan pertumbuhan normal. Tanaman dicabut beserta akarnya kemudian
diganti dengan bibit/tanaman baru. Hal ini sebaiknya dilakukan pada sore hari
agar tanaman muda ini dapat lebih beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Penyulaman dan penjarangan biasanya dilakukan selama 3 – 5 hari, karena
kemungkinan dalam seminggu pertama masih ada tanaman lainnya yang perlu
disulam. Saat setelah selesai penjarangan dan penyulaman tanaman baru harus
disiram air.
2. Penyiangan
Pada
budidaya melon sistem mulsa PHP penyiangannya dilakukan pada lubang tanam dan
parit di antara dua bedengan. Gulma yang tidak dibersihkan menyebabkan
lingkungan pertanaman lembab sehingga merangsang penyakit. Gulma juga dapat
sebagai inang hama dan nematoda yang merugikan.
3. Pembubunan
Untuk
pembubunan pertama-tama kita lakukan adalah pemupukan awal dan mensterilkan
lahan di situ. Tujuannya adalah setelah tanah diolah dan dipupuk, tanah akan
menjadi subur dan akan terbebas dari hama dan penyakit. Saat melakukan
pemupukan, tanah yang sebelumnya sudah diolah, telah dikelentang selama 2
minggu. Dengan begitu, diharapkan tanah yang cukup lama terkena terik matahari
tersebut, cukup sehat untuk ditanami.
4. Perempalan
Perempelan
dilakukan terhadap tunas/cabang air yang bukan merupakan cabang utama.
5. Pemupukan
Pemupukan
diberikan sebanyak 3 kali, yaitu 20 hari setelah ditanam, tanaman berusia 40
hari (ketika akan melakukan penjarangan buah) dan pada saat tanaman berusia 60
hari (saat menginjak proses pematangan). Caranya sebarkan secara merata di atas
tanah bedengan pada pinggiran kiri dan kanannya (10–15 cm). Kemudian tanah
dibalik dengan hati-hati supaya tidak merusak perakaran tanaman, dan agar pupuk
tersebut bisa aman terpendam dalam tanah. Untuk memudahkan dalam pemupukan,
dibuat data mengenai rangkaian pemupukan sejak awal. Pupuk kandang/komposyang
sudah terfermentasi dengan WT Effektif Organism : pupuk dasar=10–20 ton/ha.
Keterangan pupuk dasar: pemupukan pada pengolahan tanah (sebelum tanam); pupuk susulan I : dilakukan penyemprotan larutan WT Zpt 3 – 7 hr sekali dengan dosis 1cc/lt mulai dr umur 1 – 20 hr; pupuk susulan II: dilakukan penyemprotan larutan WT Zpt & WT Organik cair dengan perbandingan 2cc WT Zpt : 3cc WT Organik Cair : 5 liter air, dilakukan penyemprotan 3 – 7 hari sekali pd tanaman berumur 20 = 40 hari, pupuk susulan III : lakukan pemyemprotan secara periodic 3 – 7 hr sekali WT Organik Cair dengan dosis 1cc/lt pd saat tanaman berumur 40 – 60 hari.
Keterangan pupuk dasar: pemupukan pada pengolahan tanah (sebelum tanam); pupuk susulan I : dilakukan penyemprotan larutan WT Zpt 3 – 7 hr sekali dengan dosis 1cc/lt mulai dr umur 1 – 20 hr; pupuk susulan II: dilakukan penyemprotan larutan WT Zpt & WT Organik cair dengan perbandingan 2cc WT Zpt : 3cc WT Organik Cair : 5 liter air, dilakukan penyemprotan 3 – 7 hari sekali pd tanaman berumur 20 = 40 hari, pupuk susulan III : lakukan pemyemprotan secara periodic 3 – 7 hr sekali WT Organik Cair dengan dosis 1cc/lt pd saat tanaman berumur 40 – 60 hari.
6. Pengairan dan Penyiraman
a. Pengairan
Tanaman
melon menghendaki udara yang kering untuk pertumbuhannya, tetapi tanah harus
lembab. Pengairan harus dilakukan jika hari tidak hujan. Pengairan dilakukan
pada sore atau malam hari.
b. Penyiraman
Tanaman
di siram sejak masa pertumbuhan tanaman, sampai tanaman akan dipetik buahnya.
Saat menyiram jangan sampai air siraman membasahi daun dan air dari tanah
jangan terkena daun dan buahnya. Tujuannya adalah supaya tanaman tidak dijangkiti
penyakit yang berasal dari percikan tersebut, kalau daun basah kuyup akan
mengundang jamur sangat besar. Penyiraman dilakukan pagi-pagi sekali atau malam
hari. Oleh karena itu ada pengairan di sekitar kebun besar sekali manfaatnya.
7. Waktu Penyemprotan Pestisida
a. Tindakan preventif, benih direndam dalam larutan WT
Pesti dengan konsentrasi 1cc/liter dan penyemprotan WT Pesti pada umur 20 HST.
b. Penyemprotan WT Pesti dengan konsentrasi 2–3 ml/liter
apabila serangan telah melewati ambang ekonomi.
8. Pemeliharaan Lain
a. Pemasangan Ajir
Ajir
atau tongkat dari kayu atau bilahan bambu, untuk rambatan dapat di pasang
setelah selesai membuat pembubunan dan selesai mensterilkan kebun. Atau dapat
juga ajir dipasang sesudah bibit ditanam, dan bibit sudah mengeluarkan
sulur-sulurnya kira-kira tingginya adalah 50 cm. Ajir harus terbuat dari bahan
yang kuat sehingga mampu menahan beban buah dengan bobot kira-kira 2–3 kg.
Tempat ditancapkannya ajir dengan jarak kira-kira 25 cm dari pinggir guludan
baik kanan maupun kiri. Supaya ajir lebih kokoh lagi, kita bisa menambahkan
bambu panjang yang diletakkan di bagian pucuk segitiga antara bambu atau kayu
yang menyilang, mengikuti barisan ajir-ajir di belakangnya.
b. Pemangkasan
Pemangkasan
yang dilakukan pada tanaman melon bertujuan untuk memelihara cabang sesuai
dengan yang dikehendaki. Tinggi tanaman dibuat rata-rata antara titik ke-20
sampai ke-25 (bagian ruas, cabang atau buku dari tanaman tersebut). Pemangkasan
dilakukan kalau udara cerah dan kering, supaya bekas luka tidak diserang jamur.
Waktu pemangkasan dilakukan setiap 10 hari sekali, yang paling awal dipangkas
adalah cabang yang dekat dengan tanah dan sisakan dua helai daun, kemudian
cabang-cabang yang tumbuh lalu dipangkas dengan menyisakan 2 helai daun. Pemangkasan
dihentikan, jika ketinggian tanamannya sudah mencapai pada cabang ke-20 atau
25.
5. HAMA DAN PENYAKIT
1.
Hama
a. Kutu aphids (Aphis gossypii Glover )
Ciri:
Hama ini mempunyai getah cairan yang mengandung madu dan di lihat dari kejauhan
mengkilap. Hama ini menyerang tanaman melon yang ada di lahan penanaman. Aphids
muda yang menyerang melon berwarna kuning, sedangkan yang dewasa mempunyai
sayap dan berwarna agak kehitaman.
Gejala:
daun tanaman menggulung dan pucuk tanaman menjadi kering akibat cairan daun
yang dihisap hama. Pengendalian: (1) gulma harus selalu dibersihkan agar tidak
menjadi inang hama; (2) tanaman yang terserang parah harus disemprot secara
serempak dengan WT Insect 1 dengan konsentrasi 1,0–2,0 ml/liter; (3) tanaman
yang telah terjangkit virus harus dicabut dan dibakar (dimusnahkan).
b. Thirps (Thirps parvispinus Karny)
Ciri:
Hama ini menyerang saat fase pembibitan sampai tanaman dewasa. Nimfa thirps
berwarna kekuning-kuningan dan thirps dewasa berwarna coklat kehitaman. Thirps
berkembang biak sangat cepat secara partenogenesis (mampu melahirkan keturunan
meskipun tidak kawin). Serangan dilakukan di musim kemarau.
Gejala:
daun-daun muda atau tunas-tunas baru menjadi keriting, dan bercaknya
kekuningan; tanaman keriting dan kerdil serta tidak dapat membentuk buah secara
normal. Kalau gejala ini timbul harus diwaspadai karena telah tertular virus
yang dibawa hama thirps.
Pengendalian:
menyemprot dengan WT Insect 2, 3–4 hari sekali.
2. Penyakit
a. Layu bakteri
Penyebab:
bakteri Erwina tracheiphila E.F.Sm. Penyakit ini dapat disebarkan dengan
perantara kumbang daun oteng-oteng (Aulacophora femoralis Motschulsky).
Gejala:
daun dan cabang layu dan terjadi pengkerutan pada daun, warna daun menguning,
mengering dan akhirnya mati; daun tanaman layu satu per satu, meskipun warnanya
tetap hijau, kemudian tanaman layu secara keseluruhan. Apabila batang tanaman
yang dipotong melintang akan mengeluarkan lendir putih kental dan lengket
bahkan dapat ditarik seperti benang.
Pengendalian:
(1) sebelum ditanami, lahan disterilisasi dengan WT Pesti dengan dosis 3cc/lt;
(2) benih di rendam dalam WT Pesti dengan dosis 1cc/lt ; (3) penyemprotan WT
Pesti ini pada umur 20HST dengan dosis 2cc/lt.
b. Penyakit busuk pangkal batang (gummy stem
bligt)
Penyebab:
Cendawan Mycophaerekka melonis (Passerini) Chiu et Walker.
Gejala:
pangkal batang yang terserang mula-mula seperti tercelup minyak kemudian keluar
lendir berwarna merah coklat dan kemudian tanaman layu dan mati; daun tanaman
yang terserang akan mengering apabila diremas seperti kerupuk dan berbunyi
kresek-kresek apabila diterpa angin.
Pengendalian:
(1) penggunaan mulsa PHP untuk mencegah kelembaban di sekitar pangkal batang
dan mencegah luka di perakaran maupun pangkal batang karena penyiangan; (2)
daun-daun tanaman yang terserang dibersihkan lalu dibuang jauh2 dari areal
tanam atau dikubur; (3) pangkal batang yang terserang dioles dengan larutan WT
Pesti dengan konsentrasi 5 m/liter.
3. Gulma
Gulma
(tumbuhan pengganggu) merugikan tanaman, karena bersaing zat hara, tempat
tumbuh dan cahaya. Pencabutan gulma harus dilakukan sejak tumbuhan masih kecil,
karena jika sudah besar akan merusak perakaran tanaman melon.
6. PANEN
1.
Ciri dan Umur Panen
a. Tanda/ciri
Penampilan Tanaman Siap Panen
1.Ukuran buah sesuai dengan ukuran normal
2.Serat jala pada kulit buah sangat nyata/kasar
3.Warna kulit hijau kekuningan.
b. Umur Panen + 3 bulan setelah tanam.
c. Waktu Pemanenan yang baik adalah pada pagi hari.
2.
Cara Panen
1. Potong tangkai buah melon dengan pisau, sisakan
minimal 2,0 cm untuk memperpanjang masa simpan buah.
2. Tangkai dipotong berbentuk huruf “T”, maksudnya agar
tangkai buah utuh dan kedua sisi atasnya merupakan tangkai daun yang telah
dipotong daunnya.
3.Pemanenan dilakukan secara bertahap, dengan
mengutamakan buah yang benarbenar telah siap dipanen.
4. Buah yang telah dipanen dikumpulkan disuatu tempat
untuk disortir. Kerusakan buah akibat terbentur/cacat fisik lainnya, sebaiknya
dihindari karena akan mengurangi harga jual terutama di swalayan.
3.
Periode Panen
Panen
dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benar-benar telah siap
panen. Seandainya dalam jangka waktu 3-5 bulan mendatang harga melon diramalkan
jatuh. Maka alternatif untuk rotasi tanaman yang dapat menggunakan lahan bekas
menanam melon adalah cabai. Karena lahan yang tersedia tidak perlu diubah.
Hanya mulsa PHP dibuka dan dosis pemupukan ditambahkan 50%. Bila dalam jangka
waktu 4 bulan berikutnya dinyatakan harga melon meningkat, maka lahan bekas
sawah ditanami padi terlebih dahulu untuk satu musim tanam. Alasannya adalah
dari segi kormesial tanaman padi kurang menguntungkan, tapi dari segi pemutusan
siklus hidup hama dan penyakit sangat menguntungkan. Hal ini disebabkan karena
hama dan penyakit yang mengisap oksigen (aerob) akan mati dengan kondisi tanah
yang terendam air (anaerob). Setelah menanam padi selesai, tanaman melon yang
ditanam akan berproduksi tinggi dengan risiko serangan hama dan penyakit yang
lebih rendah.
4.
Prakiraan Produksi
Untuk
mengetahui jumlah produksi yang akan dihasilkan bagian pemasaran harus
melakukan penelitian pasar. Untuk luas satu hektar tanaman melon diperkirakan
akan menghasilkan buah melon 10–15 ton, maka memanennya harus dilakukan secara
bertahap. Misalnya minggu I menanam seluas 2.000 m2, minggu II menanam seluas
2.000 m2, dan seterusnya. Hal ini untuk tingkat kontinuitas produksi akan
tercapai dan resiko tidak terjualnya buah melon akan terhindar.
7. PASCAPANEN
Pascapanen
merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah melon dipanen. Kesalahan
penanganan dalam pascapanen akan mempengaruhi kwalitas/penampilan buah melon.
1.
Pengumpulan
Buah-buah
melon yang telah dipanen dikumpulkan pada suatu tempat untuk segera disortir.
Saat panen kerusakan buah sebaiknya dihindari akibat terbentur atau cacar fisik
lainnya, karena akan mengurangi harga jual terutama untuk konsumsi pasar
swalayan.
2.
Penyortiran dan Penggolongan
Melon
yang telah dipanen, diangkut dan dikumpulkan di suatu tempat kemudian di
sortasi. Buah yang sehat dan utuh dipisahkan dari buah yang cacat fisik maupun
cacat karena serangan hama dan penyakit. Buah melon yang berkualitas bagus
kemudian di lakukan penggolongan melon berdasarkan tiga kelas.
1.Kelas M1 yaitu melon berbobot 1,5 kg/lebih jaring
berbentuk sempurna.
2.Kelas M2 yaitu melon berbobot 1–1,5 kg jaringnya
terbentuk hanya 70% saja.
3.Kelas M3 yaitu bobot buahnya bervariasi dengan jaring
sedikit atau tidak berbentuk sama sekali. Hal ini terjadi karena tanaman belum
saatnya dipanen tapi telah mati terlebih dahulu akibat serangan hama.
3.
Penyimpanan
Buah
melon yang sudah dipetik, tidak boleh ditumpuk satu sama lain, dan buah yang
belum terangkut dapat disimpan dalam gudang penyimpanan. Buah ditata secara
rapi dengan dilapisi jerami kering. Tempat penyimpanan buah harus bersih,
kering dan bebas dari hama seperti kecoa atau tikus. Melon yang sudah terlalu
masak jangan disatukan dengan buah yang setengah masak (mengkal). Bila ada buah
yang mulai busuk harus di jauhkan dari tempat penyimpanan.
4.
Pengemasan dan Pengangkutan
Kemasan
untuk melon dapat dibuat dari kayu biasa dan banyak memiliki lubang angin. Cara
menyusunnya, bagian dasar kotak diberi jerami kering yang cukup tebal, kemudian
melon diberikan jerami juga dibagian atas buahnya. Sebelum kotak ditutup, buah
melon diberi lapisan jerami lagi. Selain dari kotak, pengemasan bisa juga
menggunakan rajutan benang yang mirip jala, kemudian dimasukkan dalam kemasan
karton. Dalam karton masih dilapisi dengan jerami kering atau kertas hancuran.
Dengan kemasan seperti ini akan lebih terjamin dibanding dengan menggunakan
kotak dari kayu (cara tradisional). Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut
buah melon yang akan dibawa ke pasar tergantung jarak yang ditempuh. Buah yang
akan di ekspor biasanya dipak secara khusus dengan peti kemas yang terbuat dari
kayu, karton atau kotak plastik. Di kargo pesawat, peti kemas melon dimasukkan
ke dalam kontainer pendingin agar buah tetap segar jika sampai ke tempat
tujuan.
8. STANDAR PRODUKSI
1.
Ruang Lingkup
Dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya, khususnya petani melon,
Pemerintah menetapkan kebijaksanaan dalam memilih urutan jenis tanaman
pertanian/hortikultura. Dalam ruang lingkup berikut telah disusun beberapa
pedoman sebagai berikut:
· Mengutamakan jenis tanaman melon yang bernilai ekonomi
tinggi, untuk meningkatkan pendapatan petani melon, baik untuk konsumsi dalam
maupun luar negeri.
· Mengutamakan jenis tanaman yang dapat memberi
kesempatan tenaga kerja lebih banyak.
· Mengutamakan jenis tanaman melon yang mempunyai
prospek pasar dan pemasaran yang baik.
· Mengutamakan jenis tanaman melon yang dapat
mempertinggi nilai gizi masyarkat.
2.
Diskripsi
Berdasarkan
uraian diatas, tanaman melon merupakan salah satu tanaman prioritas utama yang
perlu mendapatkan perhatian diantara tanaman-tanaman hortikultura. Buah melon
mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dibanding tanaman hortikultura pada
umumnya. Hal ini memberi banyak keuntungan kepada petani atau pengusaha
pertanian tanaman melon. Dan ini memungkinkan adanya perbaikan tata perekonomian
Indonesia, khususnya dari bidang pertanian.
3.
Klasifikasi dan Standar Mutu
Untuk
klasifikasi standar mutu dan syarat produk yang berlaku dipasaran maka kita
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
· Melon yang diproduksi harus diberi merek, yaitu dengan
menempelkan stiker pada buah;
· Kepercayaan yang telah diberikan oleh pelanggan harus
dijaga;
· Pangsa pasar harus diperkuat, dan kontinuitas
(keberlanjutan) produksi melon harus dijaga;
· Buah melon yang berkualitas (kelas M1) harus dikemas
sedemikian rupa untuk memberikan kepuasan pelanggan.
4.
Pengambilan Contoh
Dalam
pengambilan contoh untuk penanganan produksi selanjutnya, umur melon kurang
lebih 56–65 HST, buah melon yang berukuran besar mempunyai berat rata-rata 2,5
kg, ukuran sedang 1,0–2,5 kg, dan ukuran kecil berat buah sekitar 400 gram.
5.
Pengemasan
Untuk
pengemasan yang standar dapat menggunakan kotak kayu atau dapat juga
menggunakan rajutan benang yang mirip dengan jala. Dengan kemasan rajutan
benang akan lebih terjamin dibanding dengan menggunakan kotak kayu.
SUMBER: http://warungtanimandiri.blogspot.com