Halaman

Kamis, 21 Februari 2013

Pengadaan Bibit Buah Naga

Pengadaan Bibit Buah Naga

Pengadaan bibit merupakan faktor penting dalam proses budidaya. Dengan bibit yang baik atau memenuhi syarat akan menghasilkan tanaman yang berkualitas dengan hasil yang maksimal.
Berikut ini akan diulas cara atau kiat memperoleh bibit yang bagus , baik dari membuat sendiri atau dari membeli dari penyedia bibit yang mulai banyak tersedia dipasaran. :

Membuat Bibit Sendiri
Saat ini persediaan bibit buah naga dipasaran bias dikatakan masih kurang pasokan, karena memang masih terhitung pendatang baru dan masih langka. Perbanyakan tanaman merupakan kegiatan pokok dalam usaha budidaya. Kebutuhan bibit dalam pembudidayaan memerlukan 6.000 – 10.000 pohon per hektar yang tergantung system penanamannya apakah memakai tiang tunggal atau system double rawing. Perbanyakan buah naga terdiri dari perbanyakan generatif/biji dan perbanyakan vegetatif/stek.

Perbanyakan generatif
Perbanyakan generatif melalui biji memiliki kelebihan yaitu bibit yang diperoleh dalam jumlah banyak dengan pertumbuhan yang seragam. Namun kelemahan perbanyakan dengan cara ini ialah dibutuhkan waktu relatif lebih lama hingga diperoleh bibit yang siap tanam. Karena itulah cara ini jarang digunakan.
Perbanyakan melalui biji tentunya membutuhkan biji yang berkualitas baik dan harus benar-benar memenuhi syarat yang berasal dari buah yang benar-benar sehat, tua, dan matang dipohon.
Pengambilan biji dari buah juga tidak boleh sembarangan untuk memperoleh kualitas biji yang baik. Buah yang sudah dipilih dibelah dan daging uah diambil menggunakan sendok lalu biji disaring dengan penyaring yang lembut terbuat dari kasa berlubang dari bahan plastik atau kawat nyamuk berbentuk seperti saringan the. Daging buah ditekan-tekan pada penyaring sampai tertinggal bijinya saja, biji yang sudah disaring dicuci/dibersihkan dengan air mengalir lalu diangin-anginkan sampai kering. Biji tersebut bias disimpan atau langsung disemaikan di tempat penyemaian.
Menurut pengalaman hanya 75% saja dari jumlah biji yang disemaikan yang siap tanam. Jadi dari 1000 biji hanya diperoleh sekitar 750 an yang siap tanam. Untuk lahan satu hektar dengan sistem penanaman double rawing membutuhkan sekitar 10.000 bibit siap tanam, dan untuk menyemaikan membutuhkan lahan 15 meter persegi.
Media semai menggunakan bahan campuran pasir, humus halus, dan pupuk guano atau kotoran burung yang sudah dihaluskan dengan perbandingan 6:1:1. Media tersebut setelah dibasahi dengan air kemudian dimasukkan dalam bok dengan tinggi kurang dari 5 cm dengan ukuran panjang dan lebar sesuai keinginan. Sebelum ditebarkan pada media semai biji dikukus dulu dengan dibungkus dengan kain halus selama kurang lebih setengah menit. Penyebaran benih secara merata kemudian ditutup dengan lapisan humus tipis setelah itu permukaan disemprot dengan Ridomil kemudian diletakkan ditempat yang terkena cahaya dan sirkulasi udara lancar. Tempat persemaian diberi naungan teduh dengan pencahayaan remang sampai bibit tumbuh sekitar 3 cm.
Kelembaban media harus selalu dijaga jangan sampai penyiramannya terlambat. Pemberian dengan air dengan sprayer halus setiap hari saat medianya terlihat kering. Untuk mencegah tumbuhnya jamur bias ditambahkan larutan belerang yang diberikan pada waktu-waktu tertentu, karena jamur akan mudah tumbuh di kelembaban media tinggi. Dosis larutan belerang sebanyak 0,5 g/ltr air untuk persemaian seluas 4 meter persegi. Larutan belerang bisa diganti dengan Dithane atau Ridomil dengan dosis sama seminggu sekali.
Setelah bibit berukuran 2-3 cm, bisa dipindahkan dalam polibag berukuran 15 cm x 20 cm dengan media tanam menggunakan campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan yang sama 1:1:1. Media tanam diberi pupuk NPK 16:16:16 sebanyak 5 kg/200 ltr air untuk sekitar 10.000 polibag.
Setelah ditanam, bibit disemprot dengan Ridomil dicampur dengan Atonik seminggu sekali dengan dosis 15 g Ridomil dan 5 cc Atonik yang dilarutkan dalam 10 liter air untuk areal bibit seluas 15 meter persegi. Penyemprotan ini bertujuan untuk mencegah jamur dan menjaga metabolisme bibit.
Bibit dalam polibag diletakkan ditempat yang teduh selama seminggu kemudian dipindahkan di lahan terbuka tetapi jangan ditanam dulu. Bibit disiram dengan air secukupnya sehari sekali pada pagi atau sore hari. Setelah dua bulan bibit siap ditanam dilahan penanaman.

Perbanyakan Vegetatif
Perbanyakan vegetatif merupakan perbanyakan menggunakan setek cabang atau batang. Batang atau cabang yang digunakan harus dalam kondisi sehat, tua, dan sudah berbuah, berwarna hijau gelap kelabu, dengan ukuran ideal 20-30 cm. Dengan ukuran tersebut tunas yang tumbuh akan mudah membesar dan sesuai untuk batang paling bawah bila ditanam untuk produksi. Karena setek diambil dari batang yang tua dan sudah berbuah maka pertumbuhan yang pesat, kokoh dan cepat bertunas. Apabila setek diambil dari batang muda dan belum pernah berbuah atau setek susulan akan mengakibatkan bibit bersifat lunak seolah memiliki kadar air yang tinggi dan akan mempengaruhi umur produksi dan tentunya akan mengakibatkan pembengkakan biaya karena waktu pemeliharaan yang lebih lama.
Bibit yang baik dipengaruhi oleh diameter batang, akan lebih baik bila diameter batang semakin besar dan bibit cenderung lebih tahan terhadap serangan penyakit busuk pangkal batang. Bahan setek dipilih dari yang pernah berbuah 3-4 kali dan sehat dipotong-potong dengan ukuran 20-30 cm menggunakan gunting steril dan untuk membedakan bagian bawah dan atas, untuk bagian bawah dipotong meruncing dan bagian atas dipotong mendatar. Setelah dipotong, setek dikeringanginkan sampai getah mongering supaya batang tidak mudah busuk. Setelah kering, bagian pangkal batang dicelupkan dalam larutan Rootone F ( campuran 3 sendok Rootone F dan 2 sendok the air ). Pemberian Rootone F berguna untuk mempercepat perakaran.
Bedengan sebagai penanaman bibit dibuat dengan ukuran tinggi 15 cm dan lebar 100cm, untuk panjang bisa disesuaikan dengan keadaan lahan. Pada bedengan ini diberikan pasir sebanyak 10 kg/meter persegi, pupuk kandang kering sebanyak 3 kg/meter persegi, dan dolomite sebanyak 250g/meter persegi. Diatas permukaan diberikan pupuk NPK sebanyak 50g/meter persegi kemudian permukaan bedengan diaduk merata sedalam 10-15 cm lalu diratakan dan biarkan selama semalam. Setelah itu pada bedengan dibuatkan lubang-lubang tanam berukuran 20 cm x 20 cm dengan menggunakan tugal berdiameter 4 cm. Kedalaman lubang tanam 5 cm dan terdapat 16 lubang tanam setiap 1 meter persegi.
Selanjutnya setek ditanam pada lubang tanam yang sudah dibuat dengan posisi tegak. Setelah ditanam seluruhnya bedengan diberikan naungan dari plastik bening/tembus cahaya untuk mencegah terkena air hujan. Tindakan perawatan dilakukan penyiraman 2-3 kali sehari pada pagi atau sore hari.
Setelah tiga minggu, setek akan mulai berakar, dan naungan dari plastik bisa dibuka agar terkena sinar matahari langsung. Setelah dua minggu naungan dibuka, bibit sudah tumbuh tunas cabang dapat diberikan pupuk ZA, TSP, dan KCI dengan perbandingan 1:1:1. Pupuk tersebut ditaburkan dalam larikan sedalam 3 cm dengan dosis 100g/mtr persegi/bulan. Sering terjadi tumbuh tunas lebih dari satu secara bersamaan, dipilih satu tunas cabang yang berbentuk kokoh dan lebih besar, sedangkan tunas satunya dipotong dan jika mucul tunas lagi juga segera dipotong. Pemangkasan selalu dilakukan selama bibit belum ditanam pada lahan, sebaiknya bekas luka pangkas disemprot larutan fungisida.. Dengan demikian keseragaman bibit akan terjamin.
Selain menggunakan bedengan, bibit setek juga bisa dibesarkan pada polibag ukuran 15 cm x 20 cm dengan komposisi media tanam sama dengan yang digunakan pada bedengan. Perawatan juga hampir sama dengan bibit yang ditanam pada bedengan.

Sumber :http://pasarflona.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar