Pengadaan Bibit Buah Naga
Pengadaan bibit merupakan faktor penting dalam proses budidaya.
Dengan bibit yang baik atau memenuhi syarat akan menghasilkan tanaman
yang berkualitas dengan hasil yang maksimal.
Berikut ini akan diulas cara atau kiat memperoleh bibit yang bagus ,
baik dari membuat sendiri atau dari membeli dari penyedia bibit yang
mulai banyak tersedia dipasaran. :
Membuat Bibit Sendiri
Saat ini persediaan bibit buah naga dipasaran bias dikatakan masih kurang pasokan, karena memang masih terhitung pendatang baru dan masih langka. Perbanyakan tanaman merupakan kegiatan pokok dalam usaha budidaya. Kebutuhan bibit dalam pembudidayaan memerlukan 6.000 – 10.000 pohon per hektar yang tergantung system penanamannya apakah memakai tiang tunggal atau system double rawing. Perbanyakan buah naga terdiri dari perbanyakan generatif/biji dan perbanyakan vegetatif/stek.
Saat ini persediaan bibit buah naga dipasaran bias dikatakan masih kurang pasokan, karena memang masih terhitung pendatang baru dan masih langka. Perbanyakan tanaman merupakan kegiatan pokok dalam usaha budidaya. Kebutuhan bibit dalam pembudidayaan memerlukan 6.000 – 10.000 pohon per hektar yang tergantung system penanamannya apakah memakai tiang tunggal atau system double rawing. Perbanyakan buah naga terdiri dari perbanyakan generatif/biji dan perbanyakan vegetatif/stek.
Perbanyakan generatif
Perbanyakan generatif melalui biji memiliki kelebihan yaitu bibit yang diperoleh dalam jumlah banyak dengan pertumbuhan yang seragam. Namun kelemahan perbanyakan dengan cara ini ialah dibutuhkan waktu relatif lebih lama hingga diperoleh bibit yang siap tanam. Karena itulah cara ini jarang digunakan.
Perbanyakan generatif melalui biji memiliki kelebihan yaitu bibit yang diperoleh dalam jumlah banyak dengan pertumbuhan yang seragam. Namun kelemahan perbanyakan dengan cara ini ialah dibutuhkan waktu relatif lebih lama hingga diperoleh bibit yang siap tanam. Karena itulah cara ini jarang digunakan.
Perbanyakan melalui biji tentunya membutuhkan biji yang berkualitas
baik dan harus benar-benar memenuhi syarat yang berasal dari buah yang
benar-benar sehat, tua, dan matang dipohon.
Pengambilan biji dari buah juga tidak boleh sembarangan untuk
memperoleh kualitas biji yang baik. Buah yang sudah dipilih dibelah dan
daging uah diambil menggunakan sendok lalu biji disaring dengan
penyaring yang lembut terbuat dari kasa berlubang dari bahan plastik
atau kawat nyamuk berbentuk seperti saringan the. Daging buah
ditekan-tekan pada penyaring sampai tertinggal bijinya saja, biji yang
sudah disaring dicuci/dibersihkan dengan air mengalir lalu
diangin-anginkan sampai kering. Biji tersebut bias disimpan atau
langsung disemaikan di tempat penyemaian.
Menurut pengalaman hanya 75% saja dari jumlah biji yang disemaikan
yang siap tanam. Jadi dari 1000 biji hanya diperoleh sekitar 750 an yang
siap tanam. Untuk lahan satu hektar dengan sistem penanaman double
rawing membutuhkan sekitar 10.000 bibit siap tanam, dan untuk
menyemaikan membutuhkan lahan 15 meter persegi.
Media semai menggunakan bahan campuran pasir, humus halus, dan pupuk
guano atau kotoran burung yang sudah dihaluskan dengan perbandingan
6:1:1. Media tersebut setelah dibasahi dengan air kemudian dimasukkan
dalam bok dengan tinggi kurang dari 5 cm dengan ukuran panjang dan lebar
sesuai keinginan. Sebelum ditebarkan pada media semai biji dikukus dulu
dengan dibungkus dengan kain halus selama kurang lebih setengah menit.
Penyebaran benih secara merata kemudian ditutup dengan lapisan humus
tipis setelah itu permukaan disemprot dengan Ridomil kemudian diletakkan
ditempat yang terkena cahaya dan sirkulasi udara lancar. Tempat
persemaian diberi naungan teduh dengan pencahayaan remang sampai bibit
tumbuh sekitar 3 cm.
Kelembaban media harus selalu dijaga jangan sampai penyiramannya
terlambat. Pemberian dengan air dengan sprayer halus setiap hari saat
medianya terlihat kering. Untuk mencegah tumbuhnya jamur bias
ditambahkan larutan belerang yang diberikan pada waktu-waktu tertentu,
karena jamur akan mudah tumbuh di kelembaban media tinggi. Dosis larutan
belerang sebanyak 0,5 g/ltr air untuk persemaian seluas 4 meter
persegi. Larutan belerang bisa diganti dengan Dithane atau Ridomil
dengan dosis sama seminggu sekali.
Setelah bibit berukuran 2-3 cm, bisa dipindahkan dalam polibag
berukuran 15 cm x 20 cm dengan media tanam menggunakan campuran tanah,
pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan yang sama 1:1:1. Media
tanam diberi pupuk NPK 16:16:16 sebanyak 5 kg/200 ltr air untuk sekitar
10.000 polibag.
Setelah ditanam, bibit disemprot dengan Ridomil dicampur dengan
Atonik seminggu sekali dengan dosis 15 g Ridomil dan 5 cc Atonik yang
dilarutkan dalam 10 liter air untuk areal bibit seluas 15 meter persegi.
Penyemprotan ini bertujuan untuk mencegah jamur dan menjaga metabolisme
bibit.
Bibit dalam polibag diletakkan ditempat yang teduh selama seminggu
kemudian dipindahkan di lahan terbuka tetapi jangan ditanam dulu. Bibit
disiram dengan air secukupnya sehari sekali pada pagi atau sore hari.
Setelah dua bulan bibit siap ditanam dilahan penanaman.
Perbanyakan Vegetatif
Perbanyakan vegetatif merupakan perbanyakan menggunakan setek cabang atau batang. Batang atau cabang yang digunakan harus dalam kondisi sehat, tua, dan sudah berbuah, berwarna hijau gelap kelabu, dengan ukuran ideal 20-30 cm. Dengan ukuran tersebut tunas yang tumbuh akan mudah membesar dan sesuai untuk batang paling bawah bila ditanam untuk produksi. Karena setek diambil dari batang yang tua dan sudah berbuah maka pertumbuhan yang pesat, kokoh dan cepat bertunas. Apabila setek diambil dari batang muda dan belum pernah berbuah atau setek susulan akan mengakibatkan bibit bersifat lunak seolah memiliki kadar air yang tinggi dan akan mempengaruhi umur produksi dan tentunya akan mengakibatkan pembengkakan biaya karena waktu pemeliharaan yang lebih lama.
Perbanyakan vegetatif merupakan perbanyakan menggunakan setek cabang atau batang. Batang atau cabang yang digunakan harus dalam kondisi sehat, tua, dan sudah berbuah, berwarna hijau gelap kelabu, dengan ukuran ideal 20-30 cm. Dengan ukuran tersebut tunas yang tumbuh akan mudah membesar dan sesuai untuk batang paling bawah bila ditanam untuk produksi. Karena setek diambil dari batang yang tua dan sudah berbuah maka pertumbuhan yang pesat, kokoh dan cepat bertunas. Apabila setek diambil dari batang muda dan belum pernah berbuah atau setek susulan akan mengakibatkan bibit bersifat lunak seolah memiliki kadar air yang tinggi dan akan mempengaruhi umur produksi dan tentunya akan mengakibatkan pembengkakan biaya karena waktu pemeliharaan yang lebih lama.
Bibit yang baik dipengaruhi oleh diameter batang, akan lebih baik
bila diameter batang semakin besar dan bibit cenderung lebih tahan
terhadap serangan penyakit busuk pangkal batang. Bahan setek dipilih
dari yang pernah berbuah 3-4 kali dan sehat dipotong-potong dengan
ukuran 20-30 cm menggunakan gunting steril dan untuk membedakan bagian
bawah dan atas, untuk bagian bawah dipotong meruncing dan bagian atas
dipotong mendatar. Setelah dipotong, setek dikeringanginkan sampai getah
mongering supaya batang tidak mudah busuk. Setelah kering, bagian
pangkal batang dicelupkan dalam larutan Rootone F ( campuran 3 sendok
Rootone F dan 2 sendok the air ). Pemberian Rootone F berguna untuk
mempercepat perakaran.
Bedengan sebagai penanaman bibit dibuat dengan ukuran tinggi 15 cm
dan lebar 100cm, untuk panjang bisa disesuaikan dengan keadaan lahan.
Pada bedengan ini diberikan pasir sebanyak 10 kg/meter persegi, pupuk
kandang kering sebanyak 3 kg/meter persegi, dan dolomite sebanyak
250g/meter persegi. Diatas permukaan diberikan pupuk NPK sebanyak
50g/meter persegi kemudian permukaan bedengan diaduk merata sedalam
10-15 cm lalu diratakan dan biarkan selama semalam. Setelah itu pada
bedengan dibuatkan lubang-lubang tanam berukuran 20 cm x 20 cm dengan
menggunakan tugal berdiameter 4 cm. Kedalaman lubang tanam 5 cm dan
terdapat 16 lubang tanam setiap 1 meter persegi.
Selanjutnya setek ditanam pada lubang tanam yang sudah dibuat dengan
posisi tegak. Setelah ditanam seluruhnya bedengan diberikan naungan dari
plastik bening/tembus cahaya untuk mencegah terkena air hujan. Tindakan
perawatan dilakukan penyiraman 2-3 kali sehari pada pagi atau sore
hari.
Setelah tiga minggu, setek akan mulai berakar, dan naungan dari
plastik bisa dibuka agar terkena sinar matahari langsung. Setelah dua
minggu naungan dibuka, bibit sudah tumbuh tunas cabang dapat diberikan
pupuk ZA, TSP, dan KCI dengan perbandingan 1:1:1. Pupuk tersebut
ditaburkan dalam larikan sedalam 3 cm dengan dosis 100g/mtr
persegi/bulan. Sering terjadi tumbuh tunas lebih dari satu secara
bersamaan, dipilih satu tunas cabang yang berbentuk kokoh dan lebih
besar, sedangkan tunas satunya dipotong dan jika mucul tunas lagi juga
segera dipotong. Pemangkasan selalu dilakukan selama bibit belum ditanam
pada lahan, sebaiknya bekas luka pangkas disemprot larutan fungisida..
Dengan demikian keseragaman bibit akan terjamin.
Selain menggunakan bedengan, bibit setek juga bisa dibesarkan pada
polibag ukuran 15 cm x 20 cm dengan komposisi media tanam sama dengan
yang digunakan pada bedengan. Perawatan juga hampir sama dengan bibit
yang ditanam pada bedengan.
Sumber :http://pasarflona.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar