Halaman

Kamis, 31 Januari 2013

Dongkrak Singkong Jadi 90 ton/ha

LOGIS DETAIL TEKNIS : DONGKRAK HASIL SINGKONG 90 TON/HA

Selasa, 17 Januari 2012, 3:57
Sumber : http://bangkittani.com

·singkong-45-harisingkong-23-hari
Sesungguhnya kita harus banyak bersyukur hidup di Indonesia yang alamnya sangat cocok untuk budidaya singkong, merupakan sumber pangan alternatif yang mengandung kadar gizi relatif sama dengan beras maupun gandum, dalam 100 gr bahan pangan, gizi dalam bentuk tepung kadar Karbohidrat (beras 78.80 gr, terigu 69.32 gr, singkong 86.90 gr) dan Energi/Kalori (beras 364 kkal, terigu 365 kkal, singkong 362 kkal) dan pabrikpun tersedia cukup banyak. Sekali-kali perlu kita evaluasi sudah berapa lama masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya dan sejahtera dari singkong? Sudah berapa banyak pembangunan di Indonesia berjalan yang berasal dari singkong? Sudah berapa ratus ribu ekor ternak dapat pakan dari limbah singkong? Sudah berapa dolar devisa yang dikontribusikan kepada negara karena ekspor hasil turunan dari singkong?
Diprediksi harga singkong di pasar dunia akan melonjak tajam karena semakin banyak permintaan produk turunannya yang serba guna, contohnya tapioka, mokaf, bio-ethanol, gula cair, saus, pakan ternak, dan lain-lain. Tapi diyakini hanya produk singkong organik yang melaju pesat mengisi pasar Eropa dan Negara maju karena memang standar pasar tersebut harus organik, tentu berkonsekuensi harganya juga sangat beda. Situasi mendatang tersebut sebenarnya sangat mudah untuk kita jabarkan di lapangan jika kita mau mengawali dari sekarang juga.
Secara umum, petani kita “maunya menang sendiri”, inginnya modal rendah tidak logis tapi ingin dapat hasil berlimpah tidak logis juga dan tanah tetap subur. Kondisi ini mustahil terjadi. Maksudnya, singkong tanaman rakus hara selama ini tidak disadari. Hara tanah dikuras terus-menerus akhirnya tinggal ampas tanah kelak diwariskan ke anak cucunya. Jika manajemen pengelolaan budidaya singkong baik dan benar akan menyejahterakan kita sekarang dan anak cucu mendatang, jika saja singkong menghasilkan 90 ton/ha dengan harga Rp 900/kg seperti sekarang maka per hektar akan menghasilkan 81 juta/tahun, bukankah ini mimpi yang sangat indah dan bisa menjadi kenyataan?
Solusi paling bijak rasional adalah buat luka-luka di pangkal bibit untuk memperbesar peluang keluarnya akar ketika bereaksi dengan hormon Auksin, suplai kombinasi C-Organik tinggi, pupuk hayati multimikroba dan Zat Pengatur Tumbuh Multihormon dengan membuat keseimbangan neraca hara. Jika singkong menguras kadar C-Organik secara berlebihan maka harus disuplai pupuk organik kadar C-Organik tinggi jumlah berlebihan juga, jika singkong menguras multimikroba non pathogen maka harus diperkaya biangnya sebanyak mungkin, jika singkong butuh energi ekstra untuk memperbanyak akar dan membengkakkan umbi, maka suplailah multihormon yang terkait fungsinya.
Mengapa harus menyuplai pupuk organik kadar C-Organik tinggi ke lahan singkong sangat penting? Karena C-Organik nyawanya tanah, indikator kesuburan tanah (Foth, 1998), media biak multimikroba yang di antaranya penambat Nitrogen (N/urea) yang adanya di udara 78%, mikroba pelarut Phospat (P2O5/SP-36) dan Kalium (KCl) yang banyak terdeposit dalam tanah dan belum termanfaatkan, mikroba yang menjadi biopestisida sekaligus reduktor kadar logam berat dalam umbi singkong sehingga hasilnya relatif lebih sehat untuk dikonsumsi oleh sesama manusia. Multimikroba tersebut adalah : Azospirillum sp., Azotobacter sp., Rhizobium sp. sebagai penambat Nitrogen (Rao, 1994) serta Pseudomonas sp., dan Bacillus sp. yang dapat melarutkan Phospat dan Kalium (Rodriquezz dan Fraga, 1999).
Mengapa memberdayakan multihormon sangat penting? Sesungguhnya tanaman sudah memiliki hormon dan kebutuhannya juga sedikit, tapi itupun masih sangat-sangat kurang untuk membengkakkan umbi singkong, sehingga penting untuk disuplai dari luar. Menurut fungsinya, hormon Auksin merangsang keluarnya akar dan tunas, maka jika bibit singkong pori-porinya saja menyerap Auksin akan keluar akar umbi yang sangat banyak. Hormon Sitokinin, Giberelin dan Kolkisin membelah sel berlipat ganda kuadran/ sitokinesis poliploidi yang akhirnya umbi bengkak berlebihan. Jika singkong ditanam di tanah kering musim kemarau butuh survival bertahan bekerja membengkakkan umbi maka suplailah hormon Asam Absisat (ABA), sebagaimana fungsi Asam Absisat sebagai sinyal internal utama yang memungkinkan tumbuhan untuk menahan kekeringan (Campbell et al.,2002). Hal ini sangat menguntungkan petani singkong, tak ubahnya peternak ayam potong 45 hari sudah panen, padahal ayam kampung harus berbulan-bulan untuk target bobot yang sama. Tak ubahnya juga kita mau menggeser batu besar tak perlu didorong ramai-ramai tenaga besar, cukup dengan pengungkit dan beberapa orang saja batu bisa digeser lebih mudah sampai tujuan. Itulah ibaratnya fungsi hormon.
Menyimak sepintas konsepsi tersebut, idealnya budidaya singkong hasil maksimal dan terbaharukan lestari sampai anak cucu kelak serta tidak menang sendiri maka :
1) Suplai pupuk kadar C-Organik tinggi, jika wujudnya cair kadar C-Organik harus lebih dari atau sama dengan 20%, bukan 20 ppm tapi 20.000 ppm, jika wujudnya padat lebih dari atau sama dengan 25%, bukan 25 ppm tapi 25.000 ppm, C/N ratio > 15. Ini harus dipahami oleh petani.
2)  Perkaya biang multimikroba yang koloninya
lebih dari atau sama dengan 1 x 106 Cfu/ml.
3. Pacu/rangsang dengan multihormon/ZPT agar bekerja sinergis.
Momentum paling tepat, perendaman bibit yang sudah dilukai untuk perbanyak keluarnya akar calon umbi ke larutan yang mengandung hormon Auksin dan rutin semprot hormon Sitokinin, Giberelin, Kolkisin, dan Asam Absisat ke akar agar proses pembelahan sel umbi berlebihan tiada henti, tanpa mengabaikan kebutuhan 16 unsur hara, NPK, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar