Sejarah budidaya pohon jabon
Pohon Jabon atau yang dalam bahasa ilmiah disebut dengan Anthocephalus chinensis /antocephalus cadamba merupakan jenis tanaman
yang memiliki sifat menyebar. Penyebarannya akan lebih cepat apabila didukung oleh
kondisi lingkungan yang bersifat lembab hangat. Itulah mengapa, jenis tanaman
ini begitu banyak dijumpai di kawasan Sub Himalaya hingga ke arah selatan Ghats
Malabar di India. Atau pula di kawasan Asia Tenggara yang memiliki suhu sesuai
dengan sifat pohon Jabon.
Di pulau Kalimantan, pohon Jabon masih
menjadi pohon sekunder. Meski demikian, keberadaan tanaman ini mudah dijumpai
di kawasan yang tidak terlalu tinggi serta berada di sepanjang aliran sungai
(Ohtani et al, 1962). Selain dicermati tentang kondisi lingkungan tumbuhnya,
ada keunikan lain yang bisa ditemukan dari pohon Jabon ini.
Di wilayah Sabah, Malaysia pohon Jabon mampu tumbuh di kawasan hutan dipterocarp yang berada di dataran
rendah. Hebatnya, tanaman ini mampu tumbuh dengan baik, termasuk di kawasan yang sebelumnya
sudah rusak karena adanya aktivitas pertambangan dengan menggunakan peralatan
berat.
Menurut Backer dan Van
Den Brink Bakhuizen (1965), ditemukan bahwa sebagian besar jenis tanah yang
berada di kawasan Sabah adalah tanah liat atau
tanah liat loams yang berasal dari serpihan sedimen pasir, batu pasir, kerikil
dll. Masih menurut Backer dan Bakhhuizen pula, pohon Jabon mampu pula tumbuh di
kawasan tanah payau. Inilah yang membedakan dengan hutan rawa gambut yang
cenderung tidak memiliki daya tahan terhadap air garam.
Di Filipina (Monsalud
dan Lopez, 1967), di Jawa (Backer dan van Bakhuizen den Brink, 1965) dan di New
Guinea (J. F. Pollard, p.c.), ditemukan tanaman ini pada ketinggian 3000 kaki,
berada di hutan primer. Wyatt-Smith (1965) menyebutkan, bahwa tanaman Jabon
merupakan jenis tanaman sungai. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya tanaman ini
ditemukan di kawasan tepi sungai yang baru terkena banjir sehingga tanahnya
menjadi tanah accreting, dan terutama berada di kawasan tikungan sungai.
Kesimpulan
Dari berbagai penelitian
dan penemuan yang dilakukan oleh para ahli tersebut dapat ditarik sebuah
kesimpulan terhadap pohon Jabon. Salah satunya adalah bahwa jenis tanaman
ini, memiliki daya tahan yang kuat dalam pertumbuhannya. Selain itu, pohon Jabon mampu tumbuh di segala kondisi yang memiliki aneka ragam
karakter, sehingga tidak memerlukan banyak adaptasi dalam pengembangannya.
Dalam proses
pembibitannya pun, bisa dilakukan dengan mudah sebab pohon Jabon tergolong
sebagai tanaman yang mudah menyebar secara alami. Sehingga, selain bisa
dikembangkan dengan cara buatan tanaman ini sangat mungkin untuk tumbuh secara
alamiah di lahan pertanian.
Pohon Jabon pun bisa dikembangkan termasuk pada jenis lahan yang memiliki
tingkat kekritisan tinggi karena berbagai faktor. Baik itu faktor alami, maupun
kerusakan yang disebabkan oleh manusia. Hal ini diperkuat dengan penelitian
yang dilakukan oleh Chong (1965), Anthoeephalus chinensis dikatakan sebagai
tanaman yang datang untuk mengatasi “ketidak produktifan” hutan rawa di kawasan
Durian- Medang. Oleh karena itu, bagi Anda yang ingin membudidayakan tanaman
Jabon sebagai media investasi, kiranya tidak perlu takut akan kondisi lahan
yang dihadapi. Sebab, para pakar tanaman hutan sudah memberikan bukti serta
fakta tentang kemampuan pohon jabon untuk bisa dikembangkan
dalam berbagai kondisi lahan. Termasuk di antaranya lahan yang sudah rusak
sekali pun.
Jabon bukan Jati Kebon
Dalam berbagai artikel
yang kami pernah baca yang menyatakan bahwa jabon adalah sejenis tanaman jati alias jati kebon dan merupakan salah satu varietas
tanaman jati, disamping itu dengan bersemangat sang
penulis artikel meyatakan bahwa jabon memiliki sifat seperti tanaman jati yang akan menyerap habis semua unsur
hara dalam tanah serta tidak menyuburkan tanah, ironisnya pendapat tersebut
dikemukakan oleh seseorang yang mengklaim bahwa
pihaknya adalah pakar atau ahli tanaman . tentu saja dalam fakta dan
kenyataan hal tersebut jelas adalah opini yang ngawur dan tidak berdasar pada
kenyataan yang ada di lapangan .oleh karena itulah kami akan memberikan sedikit
penjelasan .
- Jabon bukanlah sebangsa tanaman jati,menurut wikipedia jabon adalah Famili dari Rubiacea (pace,kopi),memiliki genus Neomlarcia,dan Species Cadamba, sedangkan tanaman Jati adalah famili Lamiacea,Genus tectona, spesies tectona grandis, artinya kalau menyamakan jabon dengan jati sama saja menyamakan sapi dengan kucing.
- Jabon tidak bisa membuat subur tanah dan bisanya hanya menyerap unsur hara dalam tanah? memang benar bahwa tanaman jabon tidak memiliki bintil akar layaknya famili legum (sengon,petai, kemlandingan,dsb ) akan tetapi jabon memiliki akar serabut yang sangat banyak, karena jabon merupakan tanaman pioneer yang tumbuh di lahan bekas bukaan baru yang bisa tumbuh di lahan bekas alang alang dan bekas tebangan hutan. Contohnya di pulau kalimantan disana di hutan aslinya tidak ditemukan tanaman sengon akan tetapi guguran daun, serta akar jabon mengundang habitat mikroba pengurai dan jasad renik, yang bisa menyuburkan tanah sehingga semakin lama juga semakin subur ditambah lagi melalui penelitian di wilayah Sabah, Malaysia pohon Jabon mampu tumbuh di kawasan hutan dipterocarp yang berada di wilayah dataran rendah. Hebatnya, tanaman ini mampu tumbuh dengan baik, termasuk di kawasan yang sebelumnya sudah rusak berat karena adanya aktivitas pertambangan dengan menggunakan peralatan berat.
- Pertumbuhan jabon dikatakan pesat dari tahun ke-1 sampai ke -3,sedangkan tanaman sengon akan tumbuh dengan stabil terus? Tanaman apapun akan tumbuh pesat di tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-7, setelah itu akan sel kayu akan makin rapat sehingga kecepatan tumbuh juga akan berkurang. Apalagi dalam artikel tersebut menyatakan bahwa ada jabon usia 10 tahun berdiameter 60 cm dan sengon 10 tahun memilikin diameter 100cm,itu juga sangat lucu karena penulis juga memiliki tanaman sengon usia sekitar 3 tahun yang berdiameter masih 10 cm, dan disamping lahan yang ditanami tanaman sengon itu juga ditanam jabon dengan perawatan sama ,di lahan yang sama , hasilnya jabon usia 1 tahun pertumbuhannya mengalahkan sengon usia 3 tahun ini juga fakta dan bukan opini semata – jabon
Mudahnya memilih lahan untuk jabon
Jabon bukanlah jenis tanaman yang
membutuhkan jenis lahan khusus untuk bisa hidup. Inilah mengapa, penyebaran Jabon bisa terjadi demikian pesat di
berbagai daerah yang memiliki perbedaan karakter geografis serta iklim. Meski
secara umum, Jabon sangat cocok jika ditanam dikawasan
beriklim tropis.
Untuk bisa tumbuh secara
optimal, Jabon sangat cocok bila ditanam di kawasan
yang memiliki suhu antara 21-26o celcius.
Biasanya, kisaran suhu ini terdapat pada daerah yang memiliki ketinggian antara
10-900 meter di atas permukaan laut. Namun, ada beberapa petani yang menyatakan
bahwa Jabon bisa
pula tumbuh di kawasan pada ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut.
Jabon bisa pula tumbuh pada berbagai kondisi
tanah. Seperti pada tanah yang tergolong sebagai tanah ultisol. Tanah ini
merupakan tanah yang memiliki kandungan tanah liat di bagian bawahnya serta
bersifat asam. Selain tanah ultisol, jabon bisa pula ditanam di tanah yang
berjenis oxisol. Yaitu tanah yang tergolong sebagai tanah tua sehingga hanya
memiliki sedikit kandungan mineral dan bersifat lapuk.
Di Indonesia yang
merupakan kawasan dengan jumlah gunung berapi terbanyak di dunia, Jabon
termasuk salah satu jenis tanaman yang cocok untuk dibudidayakan. Sebab, tanah
gunung berapi yang disebut andisol ini memiliki tingkat kesuburan cukup baik
meski tanah ini berwarna kehitaman.
Di India, Jabon banyak
ditemukan tumbuh pada tanah gambut dekat sungai dan di tanah rawa. Bahkan Jabon
terlihat tumbuh lebih baik pada tanah gambut lembab yang memiliki drainase baik
daripada di tanah yang kering (Troup, 1921). Di Jawa, ditemukan pula Jabon yang
mampu tumbuh di kawasan yang berada di dekat laut dengan karakter air payau
(Backer dan van den Brink Bakhuizen, 1965). Sementara di wilayah Sabah, Malaysia
fakta yang ditemukan justru lebih menarik. Jabon bisa tumbuh dan berkembang
dengan baik pada lahan kritis yang rusak akibat mesin-mesin berat yang
digunakan pada kawasan bekas hutan alam.
Semua kondisi tersebut
menunjukkan, bahwa Jabon adalah jenis tanaman yang mampu tumbuh di berbagai
macam jenis dan kondisi tanah. Ini yang membedakan Jabon dari beberapa jenis
tanaman lain, yang biasanya cukup sensitif terhadap kondisi tanah yang kurang
kondusif.
Pemilihan Bibit Jabon yang baik
Jabon: Salah
satu kunci keberhasilan proses penanaman kayu
Jabon dimulai dari
pengetahuan tentang pemilihan bibit
jabon yang
baik. Dengan bibit jabon yang baik, maka keuntungan yang
diharapkan semakin besar kemungkinanannya untuk diraih. Meski demikian perlu
juga disadari, bahwa bibit hanya merupakan salah satu faktor keberhasilan penanaman
Jabon namun bukan
satu-satunya faktor penentu.
Oleh karena itu, bibit
yang baik belum tentu bisa menghasilkan panen kayu Jabon yang besar pula. Namun, dengan memilih bibit jabon yang benar diharapkan bisa
meminimalisir resiko yang mungkin terjadi selama masa penanaman hingga
penebangan.
Langkah awal yang bisa
dilakukan dalam memilih bibit Jabon adalah dengan mengetahui aneka
varietas yang ada dalam tanaman Jabon.
Selama ini, bibit Jabon terbagi menjadi dua jenis, yaituJabon Merah dan
Jabon putih. Perbedaan keduanya secara fisik bisa dilihat dari warna pucuk
daunnya.
Untuk Jabon merah, pucuk
daunnya berwarna merah. Sedangkan pada Jabon putih pucuk daunnya berwarna
hijau. Perbedaan lain dari kedua jenis ini terdapat pada warna batang kayunya.
Untuk jabon merah batang kayunya berwarna sedikit kecoklatan sehingga lebih
banyak digunakan untuk bahan papan rumah. Sementara pada jabon putih, batang
kayu lebih berwarna putih.
Dari kedua jenis tersebut,
tidak ada perbedaan lain secara spesifik. Hanya, berdasar pengamatan dari
para petani Jabon, jenis Jabon Putih dianggap lebih cepat tumbuh dan
besar daripada Jabon merah . Namun secara fisik dan kimiawi, kedua jenis
tersebut tidak terlalalu memiliki perbedaan yang sangat mencolok.
Dengan kondisi ini, Bagi
calon petani Jabon kiranya tidak perlu terlalu mempersoalkan tentang jenis
bibit Jabon yang ada. Baik jabon merah maupun putih, pada dasarnya memiliki
kualitas sama saja. Yang paling penting adalah perawatan selama masa penanaman
guna bisa menghasilkan kayu Jabon yang
berkualitas.
Dalam memiliih bibit
Jabon, ada beberapa hal yang wajib diperhatikan oleh para petani. Beberapa hal
tersebut di antaranya adalah :
Kekompakan Media
Kekompakan media meliputi
kondisi batang, dimana untuk bibit yang baik batang harus dalam kondisi utuh.
Tidak ada bagian yang terlihat retak, karena bila retak akan mudah terkena
penyakit.
Ketinggian
Tinggi bibit yang baik
idealnya adalah 30-60 cm. Ini adalah tinggi bibit yang ideal. Jangan mudah
tertipu bila ada pedagang bibit yang menawarkan bibit yang lebih tinggi dengan
janji waktu panen lebih cepat. Sebab, bibit yang tingginya melebihi ketinggian
ideal, biasanya memiliki akar yang sudah kuat dan menembus poli bag tempat
sementara bibit. Dampak jika menggunakan bibit seperti ini adalah tanaman akan
stres bisa dipindahkan. Mengingat, akar yang sudah menembus poly bag tersebut,
akan masuk ke dalam tanah yang otomatis akan tercabut bila dipindahkan.
Diameter
Diameter bibit yang sehat
biasanya berkisar antara 5-8 mm. Hal ini merupakan diameter normal untuk ukuran
bibit. Bila ada bibit yang berukuran kurang dari 5 mm, maka bibit tersebut bisa
digolongkan ke dalam bibit kelas dua.
Nilai Kekokohan bibit
Nilai kekokohan bibit
jabon untuk bibit kelas unggulan dikategorikan pada angka 50-90.
Warna daun
Bibit yang baik dan sehat
akan memiliki daun yang berwarna hijau dan terlihat cerah. Hanya pada Jabon
merah, pada bagian ujung dauh akan terdapat warna merah yang membedakan dengan
Jabon putih.
Tips menyemai benih jabon
Benih
jabon : Dalam proses penanaman benih Jabon, selain membeli bibit yang sudah siap
tanam, kita bisa pula melakukan penyemaian bibit. Hanya saja, bagi para calon
petani memang akan lebih praktis dengan membeli bibit siap tanam daripada harus
menyemaikan bibit sejak awal. Selain kurang efisien dari sisi waktu, resiko
kegagalan pun mengancam khususnya jika proses penyemaian tersebut tidak dilakukan
dengan tepat.
Proses penyemaian benih jabon , dimulai dengan cara memetik buah jabon yang
berwarna kuning. Selanjutnya, buah tersebut dijemur selama 10 hari di bawah
sinar matahari. Setelah dijemur, buah jabon diremas dan direndam dalam air selama
1-2 jam. Tujuannya agar biji jabon bisa
terpisah.
Setelah biji jabon bisa dipisahkan, masukkan ke
dalam media penyemaian benih jabon. Untuk media penyemaian ini sendiri, bisa
dibuat dari tiga macam campuran. Campuran pertama adalah pasir halus dan
kompos, komposisi kedua pasir halus dan tanah halus. Media terakhir yang bisa
digunakan adalah campuran cocopeat dan arang sekam.
Dari ketiga jenis campuran
media tersebut, yang paling cepat menjadikan benih jabon menjadi kecambah adalah
campuran pertama yaitu pasir halus dan kompos. Waktu yang dibutuhkan hanya
sekitar 10-15 hari sampai tumbuh kecambah. Sementara untuk jenis campuran
kedua, proses perkecambahan membutuhkan waktu 20-25 hari. Dan campuran ketiga,
waktu yang dibutuhkan paling lama yaitu mencapai 25-30 hari.
Meski paling cepat
menghasilkan kecambah, namun campuran jenis pertama bukan tanpa resiko. Karena
kecambah yang dihasilkan melalui media pasir halus dan kompos ini justru paling
rentan terkena penyakit yaitu jamur dan jumping off atau mudah roboh. Ciri dari
penyakit ini adalah munculnya jamur yang mirip sarang laba-laba berwarna putih.
Untuk mengatasinya, cukup semprotkan Dithane M-45 sesuai dosis yang dianjurkan.
a. Pemeliharaan Kecambah
Jika kecambah benih jabon
sudah mulai tumbuh dalam media penyemaian, sebaiknya letakkan di tempat
tertutup dan lembab selama satu bulan. Baru pada bulan kedua, media penyemaian
bisa dipindahkan ke ruang terbuka yang mendapat sinar matahari secara langsung.
Selama proses ini, yang
perlu diperhatikan adalah masalah penyiraman benih jabon guna menjaga
kelembaban dan kebutuhan air. Penyiraman bisa dilakukan dengan menggunakan alat
semprot kecil guna meratakan sebaran air siraman. Proses ini dilakukan selama
10 minggu sampai benih bisa disapih. Air yang digunakan untuk menyiram adalah
air tanah murni tanpa campuran. Dan setiap satu minggu, air tanah tersebut bisa
ditambahkan dengan Dithane M-45 dengan komposisi seperempat sendok Dithane M-45
dicampur satu liter air.
Keseluruhan waktu yang
dibutuhkan sampai benih jabon bisa disapih dan dipindahkan ke poly bag, adalah
3,5 bulan. Rinciannya adalah 1 bulan benih jabon berada di tempat penyemaian,
dan dua bulan benih berada dalam masa kecambah. Dalam masa ini, ketinggian
bibit sudah akan mencapai 25-40 cm saat dipindah ke poly bag.
b. Penyapihan
Tahap ini adalah masa di
mana benih jabon yang sudah menjadi kecambah mulai tumbuh sehingga siap untuk
dipindah ke dalam poly bag. Bibit yang siap dipindah adalah bibit yang sudah
memiliki 2-3 pasang daun, akarnya utuh serta tidak terdapat luka. Ini guna
menghindari bibit mati selama masa penyapihan karena hal tersebut menunjukkan
bibit tidak sehat.
Selama dalam masa
penyapihan, sebaiknya bibit diletakkan di bawah pelindung. Gunanya mencegah bibit
jabon dalam poly
bag terkena sinar matahari secara langsung dan terutama terkena air hujan.
Ukuran bedengan ini biasanya 5 x 1 meter.
Untuk media penanaman di
dalam poly bag, digunakan media yang memiliki nutrisi yang bisa bisa mendukung
pertumbuhan tanaman. Biasanya, tanaman membutuhkan nutrisi seperti unsur hara
makro yang terdiri dari kalsium, magnesium, pospor. Selain itu unsur mikro hara
juga dibutuhkan seperti Fe, Zn, Cul, Mn dan B. Ini merupakan lambang unsur
senyawa kimia yang sangat baik dalam menciptakan tanaman Jabon yang sehat.
jangan takut menyemai benih jabon
Cara menyemai benih jabon
benih jabon :
- Pada dasarnya dalam proses penyemaian bibit jabon dengan cara di tebar di media tanah subur yang halus seperti biji tanaman bayam ( tidak seperti cara membenihkan biji sengon ) setelah tumbuh kecambah bibit jabon sekira 3 cm bisa dipindahkan ke polybag. Yang perlu diperhatikan dalam penyemaian adalah media penyemaian bibit jabon perlu dijaga supaya jangan terlalu lembab karena dapat menyebabkan benih jabon terkena jamur, karena proses tumbuh kayu jabon memakan waktu antara 14-30 hari. Sebelum ditabur benih jabon media tanam sebaiknya di sterilisasi dengan cara perebusan atau penggorengan maupun penjemuran dibawah sinar matahari guna mematikan jamur dan bibit penyakit.
- Media untuk penyemaian benih bibit jabon sebaiknya diberi tutup plastik ( model bisa seperti tudung saji makanan) agar benih jabon yang disemai tidak terkena air hujan dan angin, selain itu agar menjaga media tetap lembab.
- Selama proses penyemaian bibit jabon sebaiknya jangan dilakukan penyiraman terlebih dahulu, lebih baik apabila media semai dibasahi dengan cara pengembunan dengan menggunakan semprotan percikan halus.
- serangan jamur dan kerapatan umumnya terjadi pada saat benih jabon tumbuh seukuran 3-6 milimeter, dimana benih yang terlalau rapat sebaiknya dilakukan penjarangan.
- Tahukan anda media tanam bibit jabon terbaik berdasarkan pengembangan dan penelitian kami serta lebih dari ratusan pelanggan kami yang telah berhasil menyemai bibit jabon,media yang terbaik adalah tanah atas (top Soil) dari kebun yang subur,media ini bisa diayak sampai sangat halus dan disterilkan dengan cara dijemur kering dibawah sinar matahari.
(diolah dari berbagai sumber dan litbang)
Menakjubkan : Tahapan dalam proses penyemaian biji jabon
Jabon : ketika anda mulai membaca
tulisan ini anda akan tahu bahwa menyemai benih atau biji jabon itu
bukanlah hal yang terlalau rumit dan cukup mudah untuk dipelajari. Memang
membutuhkan sedikit ketelatenan dan perjuangan yang lumayan dalam penyemaian
benih atau biji jabon tetapi asalkan kita punya tekad kuat
untuk mau belajar dan mencoba hal itu mudah dilakukan .saya akan membantu
langkah sederhana yang perlu kita perhatikan dalam penyemaian biji jabon antara lain :
Hari pertama : persiapan
lahan dan media Siapkan media penyemaian
yang steril dan bebas dari biji rumput dan jamur yang nantinya bisa menggangu
pertumbuhan,bisa menggunakan tanah halus yang diayak atau menggunakan tanah
endapan lumpur sungai. Sementara untuk penaburan bisa menggunakan media
kotak,polybag tanah ataupun guludan.untuk guludan dibuat menggunung sehingga
bebas dari terjangan genangan air hujan. Perlu diperhatikan juga ancaman dari
ayam maupun tikus yang berseliweran.
Hari ke- 2 : penaburan
biji jabon Sebelum biji atau benih jabon ditabur perlu dijemur selama 1-2 jam
agar mengurangi kelembaban dan mengaktifkan biji
jabon tersebut.
Sebelum mulai penaburan media tanam disiram air sampai jenuh tetapi jangan
sampai menggenang. Setelah disiram benih jabon / biji jabon ditabur
secara merata diatas media.dilanjutkan dengan penutupan dengan plastik dan
paranet untuk menjaga kelembaban media dan melindungi dari sinar matahari
langsung dan air hujan.media penaburan benih dijaga jangan sampai kering.
Hari ke- 5 atau ke – 6 :
perlakuan Di hari ke-6 paranet
dibuka separuh ,kontrol kelembaban media dan penyiraman dengan semprotan halus
supaya media menjadi lembab.
Hari ke 8-10
: pengontrolan
Media dikontrol kelembabanya seperti langkah di hari ke-5 atau ke -6
Hari ke 10-14 : pengecekan pertumbuhan Biasanya biji/benih jabon sudah mulai tumbuh di hari ke-10 sd hari ke-14 meskipun belum merata,pertumbuhan merata akan terjadi di hari ke 21 setelah penaburan biji.
Media dikontrol kelembabanya seperti langkah di hari ke-5 atau ke -6
Hari ke 10-14 : pengecekan pertumbuhan Biasanya biji/benih jabon sudah mulai tumbuh di hari ke-10 sd hari ke-14 meskipun belum merata,pertumbuhan merata akan terjadi di hari ke 21 setelah penaburan biji.
Hari ke -11 sd hari ke 21 Setelah biji jabon mulai tumbuh setiap pagi antara jam 8-11 pagi
benih dibuka sungkup dan paranetnya setiap pagi guna dilakukan penyiraman dan
pemanasan serta penyemprotan fungisida dosis rendah.penyiraman gunanya mencegah
kekeringan,pemanasan dan penyemprotan fungisida digunakan agar benih cepat
tumbuh dan tidak terkena jamur.
Hari ke -24 keatas Benih jabon sudah mulai berdaun agak lebar,perlakuan seperti
langkah ke 6 diulangi serta diadakan penyiangan rumput.
Tips menanam jabon : pemilihan lokasi budidaya
Dalam menanam jabon ada
lahan lahan sebagai berikut yang perlu diperhatikan antara lain:
- Berdasar Ketinggian dari permukaan laut. Pada dasarnya, Jabon bisa ditanam hingga ketinggian 1300 meter di atas permukaan laut. Namun, hasil yang didapatkan kurang begitu optimal. Pada ketinggian ini, Jabon memang masih bisa tumbuh, namun pertumbuhannya kurang begitu cepat. Jabon memang cocok ditanam pada ketinggian 100-1000 meter dpl. Jika ingin menanam jabon dengan ketinggian diatas 1000 M dpl dan ingin hasil yang lebih optimal akan bisa didapatkan jika Jabon yang ditanam pada lahan berketinggian 1000-1100 meter di atas permukaan laut. Pada ketinggian ini, Jabon bisa tumbuh lebih bagus dan resiko dari hama ulat pun lebih sedikit. Selain itu, berdasar praktek di lapangan, pada usia 15 bulan Jabon yang ditanam mampu mencapai ketinggian 10 meter dengan diameter 10cm. Di sisi lain, ada sebuah pemberitaan di media massa yang menyebutkan bahwa menanam Jabon di ketinggian 1000 m di atas permukaan laut akan berdampak pada kerdilnya jabon. Namun setelah dilakukan penelitian, kerdilnya Jabon tersebut bukan disebabkan ketinggian lahan tanam. Melainkan disebabkan oleh struktur tanah di mana Jabon tersebut ditanam yang kurang sehat dan berstruktur keras. Apabila jabon ditanam pada lahan yang berstruktur lembut dan subur, meski pun berada pada lahan yang tinggi, akan tetap mampu tumbuh subur. Oleh karena itu, sebaiknya hindari menanam Jabon di tanah yang berstruktur keras. Sementara, bila masalah yang dihadapi adalah soal kesuburan tanah, bisa diatasi dengan membuat lubang tanam yang lebih besar. Selain itu, perlu dilakukan pemberian pupuk kandang dan hayati agar mampu merangsang pertumbuhan awal Jabon tersebut.
- Ketersediaan air. Tanaman jabon yang terlalu lama terendam dalam air, bisa menimbulkan efek negatif. Hal ini akan mengakibatkan munculnya penyakit busuk akar serta daun menjadi kuning dan rontok. Penyebab dari kondisi ini adalah bagian akar tidak mampu berevaporasi atau bernafas dengan baik. Walaupun pada dasarnya, Jabon merupakan jenis tanaman yang memiliki toleransi tinggi terhadap genangan air.Untuk menghindarkan dari dampak negatif ini, langkah yang bisa dilakukan salah satunya adalah membuat parit. Sehingga air bisa mengalir dengan lancar dan menghindarkan terjadinya genangan yang berlebihan.
- Lahan Pasir. Jabon bisa ditanam termasuk pada lahan yang berpasir, meski proses pertumbuhannya kurang begitu sempurna. Penyebabnya adalah akar jabon menjadi sulit menyatu atau lengket dengan media pasir. Biasanya, jabon yang ditanam pada lahan berpasir ini akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Solusi menanam di lahan berpasir adalah dengan melakukan pencampuran media awal. Di antaranya dengan membuat lubang sebesar 50 x x50 atau 60 x 60. Selanjutnya, mengeluarkan tanah berpasir yang ada di dalam lubang tersebut untuk kemudian dicampupr dengan tanah subur yang berasal dari sawah dan pupuk kandang. Perbandingan campuran tersebut adalah 40 : 50 : 10. Dengan pencampuran ini, diharapkan kandungan organik yang ada di dalam masing-masing media mampu merangsang jabon untuk tumbuh lebih baik. Jika perlu, bisa ditambahkan pupuk hayati yang fungsinya adalah memperbanyak kandungan mikroba di media tanam. Cara seperti ini bisa pula dilakukan pada tanah yang memiliki struktur keras agar akar muda jabon bisa tumbuh terlebih dahulu di tanah subur, sehingga ketika jabon tumbuh dewasa akarnya kuat untuk memecah lapisan tanah yang keras tersebut.
Pemilihan Bibit Jabon yang baik
Jabon :Salah
satu kunci keberhasilan proses penanaman kayu
Jabon dimulai dari
pengetahuan tentang pemilihan bibit
jabon yang
baik. Dengan bibit jabon yang baik, maka keuntungan yang
diharapkan semakin besar kemungkinanannya untuk diraih. Meski demikian perlu
juga disadari, bahwa bibit hanya merupakan salah satu faktor keberhasilan penanaman
Jabon namun bukan
satu-satunya faktor penentu.
Oleh karena itu, bibit
yang baik belum tentu bisa menghasilkan panen kayu Jabon yang besar pula. Namun, dengan memilih bibit jabon yang benar diharapkan bisa
meminimalisir resiko yang mungkin terjadi selama masa penanaman hingga
penebangan.
Langkah awal yang bisa
dilakukan dalam memilih bibit Jabon adalah dengan mengetahui aneka
varietas yang ada dalam tanaman Jabon.
Selama ini, bibit Jabon terbagi menjadi dua jenis, yaituJabon Merah dan
Jabon putih. Perbedaan keduanya secara fisik bisa dilihat dari warna pucuk
daunnya.
Untuk Jabon merah, pucuk
daunnya berwarna merah. Sedangkan pada Jabon putih pucuk daunnya berwarna
hijau. Perbedaan lain dari kedua jenis ini terdapat pada warna batang kayunya.
Untuk jabon merah batang kayunya berwarna sedikit kecoklatan sehingga lebih
banyak digunakan untuk bahan papan rumah. Sementara pada jabon putih, batang
kayu lebih berwarna putih.
Dari kedua jenis tersebut,
tidak ada perbedaan lain secara spesifik. Hanya, berdasar pengamatan dari
para petani Jabon, jenis Jabon Putih dianggap lebih cepat tumbuh dan
besar daripada Jabon merah . Namun secara fisik dan kimiawi, kedua jenis
tersebut tidak terlalalu memiliki perbedaan yang sangat mencolok.
Dengan kondisi ini, Bagi
calon petani Jabon kiranya tidak perlu terlalu mempersoalkan tentang jenis
bibit Jabon yang ada. Baik jabon merah maupun putih, pada dasarnya memiliki
kualitas sama saja. Yang paling penting adalah perawatan selama masa penanaman
guna bisa menghasilkan kayu Jabon yang
berkualitas.
Dalam memiliih bibit Jabon, ada beberapa hal yang wajib diperhatikan oleh para petani. Beberapa hal tersebut di antaranya adalah :
Kekompakan Media
Kekompakan media meliputi
kondisi batang, dimana untuk bibit yang baik batang harus dalam kondisi utuh.
Tidak ada bagian yang terlihat retak, karena bila retak akan mudah terkena
penyakit.
Ketinggian
Tinggi bibit yang baik
idealnya adalah 30-60 cm. Ini adalah tinggi bibit yang ideal. Jangan mudah
tertipu bila ada pedagang bibit yang menawarkan bibit yang lebih tinggi dengan
janji waktu panen lebih cepat. Sebab, bibit yang tingginya melebihi ketinggian
ideal, biasanya memiliki akar yang sudah kuat dan menembus poli bag tempat
sementara bibit. Dampak jika menggunakan bibit seperti ini adalah tanaman akan
stres bisa dipindahkan. Mengingat, akar yang sudah menembus poly bag tersebut,
akan masuk ke dalam tanah yang otomatis akan tercabut bila dipindahkan.
Diameter
Diameter bibit yang sehat
biasanya berkisar antara 5-8 mm. Hal ini merupakan diameter normal untuk ukuran
bibit. Bila ada bibit yang berukuran kurang dari 5 mm, maka bibit tersebut bisa
digolongkan ke dalam bibit kelas dua.
Nilai Kekokohan bibit
Nilai kekokohan bibit
jabon untuk bibit kelas unggulan dikategorikan pada angka 50-90.
Warna daun
Bibit yang baik dan sehat
akan memiliki daun yang berwarna hijau dan terlihat cerah. Hanya pada Jabon
merah, pada bagian ujung dauh akan terdapat warna merah yang membedakan dengan
Jabon putih.
Demikian sedikit tips dari
kami dalam memilih bibit jabon
Cara budidaya jabon
Budidaya jabon : Proses penanaman bibit pohon Jabon,
termasuk hal yang penting untuk diperhatikan. Mengingat dalam proses ini akan
menentukan bagaimana tanaman Jabon bisa
tumbuh dan berkembang sehingga sesuai harapan. Sebab, untuk mengoptimalkan
hasil tanaman bukan sekedar dengan cara menanami lahan dengan bibit
sebanyak-banyaknya.
Karena jika hal tersebut
dilakukan, bisa jadi bukan keuntungan yang diperoleh petani. Namun sebaliknya,
bibit yang ditanam akan mati atau tumbuh kurang optimal. Dengan demikian,
keuntungan yang diharapkan pun tidak akan tercapai. Cara yang paling baik dalam
proses penanaman
Jabon adalah dengan
sistem optimalisasi dan bukan maksimalisasi.
Beberapa hal yang harus
dilakukan dalam proses penanaman Jabon
di antaranya adalah :
1.
Penyiapan Lahan
Dalam proses penyiapan
lahan ini ada dua hal penting yang harus dilakukan. Yang pertama adalah
pembersihan lahan dari unsur pengganggu. Seperti semak belukar, alang-alang dan
berbagai tanaman yang sudah mati. Proses pembersihan bisa dilakukan dengan cara
manual atau menggunakan zat kimia seperti Sodium Chorate (5-10 g/m2)
Hal kedua adalah
pengolahan tanah. Dalam hal ini, tanah perlu dikelola agar mampu memberikan
kesuburan bagi tanaman yang akan hidup di tanah tersebut. Pengelolaan ini
meliputi proses pemupukan, baik pupuk organik maupun anorganis. Untuk pupuk
organis bisa menggunakan pupuk kandang, sementara pupuk anorganik yang biasanya
dipakai adalah NPK, TSP, KCL dan SP36.
Setelah pemupukan, tanah
perlu diberikan zat kapur sebanyak 100 gram per lubang. Proses ini biasanya
dilakukan pada tanah yang asam, tanah yang belum matang serta tanah yang
sedikit unsur hara calsium dan magnesiumnya.
Pengolahan tanah terakhir
adalah mencampurkan bahan mineral untuk proses ameliiorasi. Bahan ini berfngsi
sebagai sumber hara mineral, menurunkan nilai KTK serta mampu meningkatkan
kejenuhan basa di tanah.
2.
Penentuan Jarak Tanam
Jarak tanam memiliki peran
penting dalam menentukan kualitas tanaman. Karena jarak tanam ini akan
mempengaruhi sebuah tanaman dalam proses memperoleh sinar matahari. Untuk budidaya
Jabon, jarak tanam ideal adalan 3 x 4 meter dengan
pola tanam monokultur. Hal ini diperlukan, mengingat ketika Jabon sudah mulai tinggi, maka masing-masing
cabang akan tumbuh dan bersinggungan.
Bila terlalu rapat, akan
berdampak menghalangi sinar matahari yang bisa ditangkap oleh batang Jabon.
Selain itu, di bagian akar akan terjadi perebutan zat makanan oleh setiap
tanaman. Sehingga tanaman Jabon tidak akan bisa tumbuh secara sempurna
dan pertumbuhannya hanya cenderung kurus tinggi saja.
Pembuatan Lubang Tanam
Proses pembuatan lubang
ini sebaiknya dilakukan seminggu sebelum bibit ditanam. Hal ini dilakukan guna
menciptakan pemupukan awal bagi lubang tempat bibit Jabon akan ditanam.
Ukuran lubang secara umum
berukuran 40 x 40 x 40 cm. Di dalam lubang, ditaburi pupuk kandang dan kompos
dengan dicampur pupuk TSP secukupnya. Jumlah pupuk ini sepertiga dari kedalaman
lubang. Setelah terisi, pupuk tersebut ditimbun dengan tanah bagian atas lalu
diaduk hingga rata. Langkah selanjutnya adalah menutup lubang tersebut dan
selanjutnya bekas lubang diberikan penanda yang disebut ajir.
Penanaman
Seminggu usai penggalian
lubang, barulah proses penanaman bibit Jabon dilakukan. Waktu yang ideal untuk
melakukan penanaman
Jabon adalah bulan
November – Februari yang bertepatan dengan musim penghujan. Hal ini untuk
mencegah bibit Jabon dari masalah kekeringan, mengingat tanaman ini sangat
sensitif terhadap kekeringan.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan selama proses penanaman ini. Di
antaranya adalah :
- Gali kembali tanah yang sudah diisi pupuk sebelumnya.
- Siapkan bibit jabon dengan cara melepasnya dari kantung atau poly bag. Pada proses ini harus dilakukan secara hati-hati guna menghindari rusaknya akar.
- Masukkan bibit ke dalam lubang dengan hati-hati dan tegak lurus.
- Timbun sekeliling bibit dengan tanah bekas galian. budidaya jabon
Jabon merah sebagai alternatif pendamping jabon putih
Jabon merah: salah satu
varietas atau jenis dari tanaman jabon yang saat ini mulai dilirik untuk
dikembangkan oleh para pekebun adalah jabon merah (antocephalus
macrophyllus). pohon yang selama ini menjadi endemik di daerah Indonesia
bagian timur ini dilirik karena memiliki kualitas kayu lebih bagus daripada jabon putih,
dalam artian memiliki kelas keawetan dan kekerasan diataskayu
jabon putih.
akan tetapi kayu jabon merah atau yang lazim dikenal sebagai samama
merah juga memiliki waktu panen yang relatif lebih lama apabila dibandingkan
dengan jabon putih seperti yang sudah diketahui bahwa jabon putihsudah bisa mulai dipanen
usia 5-7 tahun sedangkan jabon merah dapat dipanen mulai usia 8-10
tahun.
Salah satu kelebihan lain
dari jabon merah adalah tanaman ini memiliki ketahanan terhadap hama dan organisme
pengganggu yang selama ini kerap menyerang jabon putih,terutama dari jenis ulat
penggulung daun. hal ini sangat mahfum karena daun jabon merah relatif lebih
keras disamping itu kulit batang jabon merah juga lebih tebal sehingga ulat
kurang menyukainya.kelebihan yang lain dari kayu
jabon merah yaitu
lebih toleran terhadap tanah yang agak kering disamping itu daunnya kurang
disukai hewan ternak.seperti halnya jabon putih ,kayu
jabon merah juga bisa
dibuat kayu lapis atau veneer dan furniture berkualitas.
Menimbang kelebihan dan
kekurangan terhadap kedua jenis tanaman jabon tersebut serta untuk mengurangi
serangan hama, penanaman
jabon merah dan jabon
putih dengan cara di campur ( secara polikultur ) . model pencampuran ini bisa
memakai perbandingan 50:50 ataupun 70 : 30 atau menurut situasi dan kondisi di
lapangan.
Semisal dengan Jumlah
tanaman per hektar dengan jarak tanam 3×3 meter, kita tanam jabon putih
sebanyak 800 pohon, dan kita selingi jabon merah sebanyak 300 pohon. maka kita
bisa melakukan penjarangan di tahun ke-4 sebanyak 50 persen,tahun ke 6-7
sebanyak 35 persen, dan di tahun ke 8- 10 sebanyak 15 persen tanaman,
sedemikian sehingga di akhir tahun ke 8-10 kita bisa melakukan panen jabon merah
secara penuh.
Dengan adanya variasi
jenis tanaman dalam suatu hamparan kebun maka diharapkan akan saling melengkapi
sehingga keseimbangan ekosistem akan makin terjaga.
Perbedaan diantara jabon merah dengan jabon putih
jabon merah :kami sering mendapat berbagai
macam pertanyaan mengenai perbedaan antara jabon merah dan jabon putih,bahkan ada diantara beberapa
penjual bibit jabon yang mengatakan bahwa bibit jabon yang
di pangkal daunnya terdapat warna merah diklaim sebagai jabon merah.setelah kami melakukan pengamatan
dan konsultasi terhadap beberapa ahli yang sudah lebih
berpengalaman dan rekan rekan kami lainya maka akan berusaha memberikan
penjelasan mengenai kedua jenis pohon jabon tersebut .
- Jabon Merah ( Antocephalus Machropyllus ) memiliki ciri daun yang kapes kapes mirip daun jati dan berbulu warna daun bawah atas cenderung agak kasar dan merah merata.
- berat jenis kayu jabon merah hampir setara dengan kayu mahoni memiliki keras kelas III dan awet III- IV sementara jabon putih memiliki serat kayu putih kekuningan.jabon putih kelas keras IV dan kelas awet IV-V
- Pertumbuhan jabon merah lebih lambat daripada jabon putih bila ditanam dilahan dan pemupukan setara dibuktikan dengan penanaman di pringsurat temanggung ,dimana jabon merah usia 5 tahun rata rata memiliki tinggi 10 meter dan diameter 16-20 cm,sementara jabon putih memiliki diameter rata rata 25-30 cm dan tinggi 15 meter,hal ini tidaklah aneh karena secara hukum alam, semakin keras kayu, semakin lambat pertumbuhannya, hal ini pernah terjadi waktu demam jati emas,dimana di usia 7 tahun bisa berdiameter 25-30 cm,tetapi ternyata memiliki kayu yang empuk setara sengon, Sampai saat ini belum ada ahli yang bisa merekayasa kekerasan dan kerapatan kayu,kecuali dengan merekayasa waktu pengolahan dengan perendaman dan pengovenan
- Harga kayu jabon merah sedikit diatas jabon putih terpaut sekitar 100- 200rb dan juga cocok dibuat bangunan maupun veneer kayu lapis bahkan ditingkat pabrik,cenderung harganya sama.
- Penyebaran alami jabon merah terkonsentrasi di daerah Indonesia bagian timur antara Sulawesi,Maluku dan Papua karena agroklimat disana sangat cocok,berdasar pengalaman rekan kami di Tasikmalaya,jabon merah ditanam di lahan diatas 850 dpl ternyata menjadi kerdil sedangkan jabon putih ditanam sampai 1000 m dpl masih menunjukkan pertumbuhan yang bagus. Penyebaran alami jabon putih di sekitar Kalimantan,Jawa,dan Sumatera.
Berdasarkan penjelasan
dari para ahli,maka kiranya sangat bijak bagi para pekebun maupun petani jabon untuk
lebih memperhatikan tanaman mana yang cocok ditanam di daerah masing
masing.betul ada artikel yang menunjukkan jabon merah 8 bulan pertumbuhannya
sama dengan jabon putih, bahkan jatu super pun di
awal pertumbuhan 1-2 tahun pertama setara dengan jabon,tapi
memasuki tahun ke-3 pertumbuhan jabon merah akan melambat secara signifikan.
Lebih menguntungkan jabon merah atau jabon putih ?
Akhir akhir ini kami
banyak mendapat pertanyaan,lebih menguntungkan mana antara menanam jabon merah ( samama ) dan jabon putih (
antocephalus cadamba ). Karena banyak masyarakat yang masih bingung terhadap keberadaan
tanaman tersebut. Akhirnya kami akan menjawab berdasarkan fakta lapangan antara jabon merah dan jabon putih, tentunya pertanyaan yang akan
dijawab adalah menguntungkan apabila dilihat dari sisi ekonomi.
Di pasaran saat ini kayu
jabon merah terpaut
sekitar 100-200 ribu dari jabon putih,
andaikata dihitung dari per kubik dibikin rata rata 800 ribu, untuk jabon putih sedangkan jabon merah harganya sekitar 900 ribu per
kubik. Akan tetapi pertumbuhan jabon merah sekitar separuh dari kecepatan
pertumbuhan jabon putih sehingga mari kita hitung keuntungan dari kedua tanaman
tersebut,tentunya penghitungan ini mengabaikan nilai INFLASI ( kenaikan harga
secara umum ) dan penanaman dilahan yang sama,perawatan yang sama ,serta
mengabaikan faktor hama dan penyakit maupun Force majeur.
1. Jabon putih per ha,jumlah tanaman 1000 batang dirata rata dalam 5
tahun menghasilkan sekitar 300 meter kubik dengan harga sekarang rata-rata
adalah 800 ribu rupiah per kubik akan menghasilkan : 300 x rp 800.000 = 240
juta.
2. Jabon merah per ha,jumlah tanaman 1000 batang dirata rata
dalam 5 tahun menghasilkan sekitar 150 meter kubik dengan harga sekarang
rata-rata adalah 500 ribu rupiah per kubik akan menghasilkan : 150 m3 x rp
500.000 = 75 juta, tunggu dulu,,,,,,,,tunggu
dulu kenapa harga kayu jabon merah hanya 500 ribu? Ternyata harga
500 ribu ini adalah harga log kayu jabon yang
berdiameter 15-21 cm.hasil uji coba di Temanggung.jabon merah usia 5 tahun rata
rata berdiameter 17 cm,sementara jabon putih rata rata 28 cm, jadi tentu saja
harga log jabon berdiameter 17 cm sekitar separuh dari harga log ukuran
diameter 30 cm
3. Sekarang kita hitung untuk masa tanam 10 ( sepuluh tahun ). Jabon
putih umur 10 tahun sudah memasuki panen yang ke-2 .maka di tahun ke 10 jadi
jabon putih sudah menghasilkan 240jt
x 2 = 480 juta.
4. Sekarang kita hitung untuk masa tanam 10 ( sepuluh tahun ). Jabon
merah umur 10 tahun sudah memasuki panen yang ke-2 walaupun terpaksa .maka di
tahun ke 10 jabon merah sudah menghasilkan 75jt x 2 = 150 juta.
5. Bagaimana kalau kedua tanaman ini dipanen bersama di usia 10
tahun? Dalam arti tidak dipanen di tahun ke-5 atau ke -6 . jabon putih usia 10
tahun per ha bila tidak dilakukan penjarangan ,maksimal juga menghasilkan
sekitar 400 m3, sementara jabon merah diperkirakan menghasilkan sekitar 300
m3,dengan asumsi sudah mencapai diameter rata –rata 30 cm,mari kita hitung lagi
.
1.
jabon putih = 800rb x 400 m3 = 320 juta.
2.
Jabon merah = 900rb x 300m3 = 270 juta.
Dengan perhitungan realistis diatas maka dapat kita simpulkan bahwa menanam jabon putih SECARA EKONOMI LEBIH MENGUNTUNGKAN DARIPADA JABON MERAH ,dengan asumsi biaya penanaman relatif sama,akan tetapi bagi pedagang bibit, apabila konsumen membeli jabon merah akan lebih menguntungkan,karena sampai tulisan ini ditulis, harga bibit samama ( jabon merah ) siap tanam sekitar 3000 – 7000 rupiah,sedangkan jabon putih 700- 2000 rupiah.kenapa harga jabon merah dibuat mahal ? Hal ini karena permainan persepsi dan pandangan emosional semata. Tapi tidak ada salahnya menanam kedua jenis tersebut bila memiliki tujuan dan niat untuk menjaga keragaman dan menghijaukan bumi.
Ada pertanyaan lagi ? kok ada yang mengasumsikan per hektar jabon
merah ataupun putih bisa mendapatkan 1,2 milliar sampai 5 miliar dalam 5 tahun.
Bahkan ada pedagang bibit sengon maupun jabon yang mengasumsikan bisa dapat 10 milliar
dalam 10 tahun (2x panen ) . jawabannya : BISA !!!!!….bila terjadi inflasi
super,dimana harga harga naik 10 x lipat, contohnya beras per kilogram naik
menjadi 50 ribu dari harga sekarang 5 ribu per kilo , bensin per liter 50 ribu,
nasi padang sepiring 120 ribu. Maka bisa jadi harga kayu
jabon per kubik
menjadi 5 juta rupiah.
Alangkah baiknya kita
berikan edukasi yang mendidik bagi masyarakat serta tidak hanya mengambil
untung sesaat selamat menanam jabon.
Jabon untuk reklamasi lahan
Jabon merupakan
jenis tanaman yang mampu tumbuh di berbagai kondisi lahan. Termasuk jika
ditanam pada lahan kritis atau boksit. Inilah yang membedakan Jabon dengan jenis tanaman lain, yang
sulit tumbuh jika ditanam pada lahan yang kualitasnya jelek.
Di beberapa kawasan, seperti Malaysia dan Kalimantan
yang terdapat wilayah pertambangan Jabon masih
bisa tumbuh dengan baik pada lokasi tersebut. Padahal biasanya, lahan bekas
pertambangan memiliki kualitas tanah yang kurang baik karena eksplorasi yang
berlebihan.
Beberapa dampak yang terjadi pada tanah
bekas eksplorasi pertambangan diantaranya berpengaruh pada :
a. Isi / kandungan flora dan fauna
di atasnya.
Dengan adanya kegiatan pertambangan,
terjadi pergeseran pola kehidupan dalam sebuah lingkungan. Di antaranya akan
menyebabkan hilangnya keseimbangan alam hayati seperti tanaman dan hewan yang
hidup di kawasan tersebut. Kedua jenis makhluk ini merupakan komponen alami
yang berfungsi menjaga kesuburan tanah.
b. Kontruksi lahan sifat fisik
lahan.
Dengan adanya aktivitas pertambangan,
menjadikan perubahan fisik sebuah kawasan. Seperti terciptanya lubang, atau
juga perubahan susunan tanah antara bagian yang subur dan tidak subur serta
adanya pergeseran lapisan tanah. Kontur tanah pun menjadi berubah seiring
adanya eksplorasi lahan di kawasan tersebut.
Hal ini berdampak pada perubahan sifat
fisik lahan. Seperti berkurangnya ikatan tanah atau tekstur tanah, susunan
struktur tanah. Demikian juga, ikatan antar senyawa tanah menjadi labil dan
tidak homogen. Kondisi ini menyebabkan hilangnya kemantapan tanah, porositas
yang tidak menentu serta tanah cenderung menjadi padat. Tanah seperti ini, akan
sulit untuk menjadi media tumbuh dan berkembangnya tanaman, kecuali jenis
tertentu.
c. Kandungan mineral dan sifat
tanah dan air tanah.
Biasanya, zat yang digunakan dalam proses
penambangan akan tertinggal di area bekas penambngan tersebut. Sebagian zat
tersebut, memiliki sifat Pada lahan bekas tambang mineral sebagian besar
mengandung zat yang membahayakan, khususnya bagi kehidupan makhluk hidup.
Pada proses pembongkaran materi yang
terekplorasi ke permukaan sebagian mengalami suatu perubahan persenyawaan. Hal
ini dapat dilihat dari proses keteruraian tanah, penggumpalan dan terjadinya
perubahan warna tanah itu sendiri. Selain itu, jika diteliliti melalui uji
laboratorium akan terlihat bukti adanya perubahan persenyawaan tersebut.
Berbagai proses ini, menjadikan tanah
menjadi masam, jasad renik serta tanaman tidak dapat hidup. Hal ini karena
tanah kekurangan unsur kebutuhan tanaman, karena tanah sudah terkontaminasi
racun bagi tanaman.
Penambangan yang dilakukan dengan sistem
penggalian terowongan pun menimbulkan dampak yang tidak kalah merusaknya. Pada
pengeksplorasian tanah dengan sistem ini akan menyebabkan kandungan air tanah
terganggu kestabilannya. Hanya saja, pada penggalian terowongan yang sangat
dalam, tidak akan menyebabkan pengaruh yang besar apabila tanah di bagian
atasnya digunakan untuk lahan tanaman.Untuk pertambangan dengan cara penggalian
yang berupa terowongan., berpengaruh terhadap kandungan air tanah, namun jika
galian yang dalam tidak banyak pengaruhnya.
d. Sifat biologi tanah
Tumbuhan membutuhkan unsur hara untuk
mengubah zat kimia alam menjadi zat organik bagi tanaman. Unsur hara ini
berasal dari olahan mikroba. Seperti manusia, unsur hara berfungsi sebagai
sumber makanan bagi tanaman. Sehingga apabila unsur hara ini tidak ada, maka
tanaman tidak akan mampu tumbuh jika dikembangkan di lahan tersebut. Bagian
tanah yang memiliki unsur hara terbanyak terletak pada bagian atas. Semakin ke
bawah, maka semakin sedikit unsur hara yang terkandung di dalam tanah tersebut.
Dalam proses penambangan, biasanya tanah
bagian bawah yang dieksplorasi dengan cara membalik masing-masing lapisan
tanah. Akibatnya, mikroba yang tadinya hidup di lapisan tanah teratas menjadi
hilang. Hal ini terjadi ketika proses pencampuran lapisan tanah tersebut berlangsung.
Revolusioner ! jabon sebagai tanaman reklamasi lahan boksit
Tanah boksit
merupakan tanah kurus dengan unsur hara yang minim untuk tanaman.
Beberapa kandungan yang menonjol untuk tanah bosit adalah kalsium, besi
dan mangan.
Berdasarkan kondisi lahan
reklamasi dengan jenis tanah boksit pada umumnya sangat miskin akan unsure
hara. Untuk melakukan reklamasi lahan pada lahan bersangkutan perlu
dilakukan teknik yang tepat agar tanaman yang ditanam menjadi
hidup dan tanah disekitarnya menjadi subur. Beberapa cara yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Lahan
Bosit Untuk Penanaman.
Sebagai lahan kritis,
tanah boksit membutuhkan penanganan khusus sebelum dijadikan lahan
pertanian.Telah dijelaskan di atas bahwa tanah bosit merupakan tanah kurus yang
miskin kandungan unsur hara. Dengan demikian unsur hara merupakan komponen yang
harus disiapkan terlebih dahulu, agar lahan boksit bisa kembali digunakan
sebagai lahan produktif. Ada
beberapa langkah yang perlu dilakukan, antara lain :
- Menggali lahan sebagai tempat tumbuh dengan jarak tanam yang sudah ditentukan. Agar tanaman dengan jarak tanah sama dan teratur maka dilakukan dengan anjir.
- Sediakan media awal sebagai media tumbuh tanaman. Pada media tanam tersebut dicampur dengan penyerap air (water asorbtion) yang dapat dibuat berbagai bahan yang bersifat sebagai penyerap air.
- Setelah 5 sampai 7 hari tanah seluruh permukaan mulai disemprot dengan pupuk hayati yang telah difermentasi. Bisa juga dilakukan pencampuran dengan superjet dengan dosis 1 lite rpupuk hayati, 1 liter Phosmit dan 200 liter air. Tujuannya untuk mengelola tanah bosit dengan mengintroduksi mikroba yang mampu mengelola tanah. Untuk daerah bekas galian tambang, penyemprotan dilakukan dengan dosis yang lebih banyak.
- Selanjutnya, setiap lubang diberikan pupuk organik granul Bio Alami. semakin banyak media pupuk ditaburkan, maka lahan akan semakin baik. Tujuan memberikan media organik yaitu digunakan sebagai media tumbuh awal tanaman jabon. Tanaman Jabon jika langsung ditanam pada tanah bosit sulit untuk berkembang, bahkan mati.
- Penggunaan pupuk an organik sebaiknya diberikan setelah tanaman mulai tumbuh di lahan tersebut. Akan lebih baik diberikan pada umur antara 3 bulan sampai dengan 6 bulan setelah penanaman. Tujuan pemberian pupuk an organik pada waktu tersebut agar tanaman tidak mengalami stress. Sebab reaksi pupuk anorganik ini sangat cepat, sehingga jika pemberiannya pada masa awal penanaman tanaman belum cukup kuat. Pemberian pupuk an organik pada tanah ini setelah umur 3 bulan berfungsi sebagai bahan makanan yang dikelola oleh mikroba. Dengan pertumbuhan jabon yang relatif cepat maka unsur hara tidak cukup mengandalkan dari pupuk organik material dan kinerja mikroba.
2. Penanaman.
Dalam proses penanaman
Jabon, ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Diantaranya
adalah :
adalah :
- Penamanan sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan. Sehingga selama musim hujan tanaman tersebut sudah tumbuh cukup kuat untuk memasuki musim kemarau.
- Media untuk tanam sebaiknya mengandung media organik, yang lebih tahan lama dalam menyerap air dibandingkan dengan tanah bosit. Penyimpanan air di dalam media organik ini dilakukan oleh bakteri atau jamur.
- Untuk membantu dalam penyediaan air di musim kemarau dapat dilakukan dengan memberikan batang pisang, yang dipotong ukuran sedang dan ditimbun pada media tanaman di dekat pohon jabon.
- Jika keadaan cukup dratis maka diperlukan penyiraman, untuk penyiraman sebaiknya dilakukan pada sore hari. Hal ini agar tanaman tidak mengalami perubahan suhu yang drastis sehingga menjadikan tanaman mati.
Bibit Jabon
Bibit
jabon –
Jika anda serius dan tekun pasti saya yakin anda akan berhasil dalam investasi
ini. Pohon ini sangat cocok untuk
usaha kayu lapis maupun furniture. Bibit
Jabon ini sangat mudah tumbuh
dan tidak perlu perawatan khusus.saat ini jabon digunakan sebagai bahan baku pengganti kayu sengon dalam furniure maupun kayu lapis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar