BUDIDAYA TANAMAN JAHE
I. PENDAHULUAN
Potensi
Tanaman
Jahe merupakan salah satu tanaman rempah-rempah yang diperdagangkan di
dunia. Jahe diekspor dalam bentuk jahe
segar, jahe kering, jahe segar olahan dam minyak atsiri. Dengan semakin berkembangnya perusahaan jamu
dalam negeri bahkan telah melakukan ekspor kemancanegara maka peluang
pengembangan jahe sebagai salah satu bahan baku pembuatan jamu menjadi sangat
terbuka.
Berdasarkan data stastistik perkebunan
semester I tahun 1999 luas areal penanaman jahe di Kabupaten Sukabumi sebesar
1.176,65 Ha dan umumnya ditanam pada areal perkebunan rakyat.
Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu sentra
produksi jahe di Jawa Barat sebenarnya mempunyai peluang yang cukup besar dalam
pengembangan jahe. Hal ini jika dilihat
dari potensi daerah, penyediaan sarana pertanian dan banyaknya petani yang
secara rutin menanam jahe. Sesuai
dengan kesesuaian lahan dan iklim, banyak tempat di Kabupaten Sukabumi yang
cocok untuk penanaman jahe. Begitu pula
dengan sarana pertanian yang mudah didapatkan dan terutama banyak petani yang
telah berpengalaman dalam perjahean.
Walaupun demikian sampai saat ini petani belum mendapatkan nilai tambah
yang maksimal dalam usahataninya atau dengan kata lain keuntungan usahatani
jahe masih banyak dirasakan oleh pedagang pengumpul dan para eksportir. Hal ini disebabkan karena para petani belum
menguasai teknologi budidaya yang mutakhir dan masalah mutu hasil
produksi. Dengan demikian banyak
ditemukan kegagalan dalam usahatani yang disebabkan oleh masalah hama/penyakit
terutama penyakit busuk bakteri, harga yang tidak sesuai dan hasil produksi
yang rendah.
Prospek
Pemasaran
Sebagai salah satu komoditas perkebunan yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat terutama sebagai bahan rempah-rempah dan obat-abatan
tradisional maka jahe mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik untuk
dikembangkan. Apalagi dewasa ini jahe
telah menjadi salah satu komoditas ekspor yang permintaannya cukup tinggi
dengan harga yang cukup tinggi dibandingkan dengan biaya produksi. Kendala yang ditemui oleh para eksportir
adalah pasokan jahe dari sentra-sentra produksi tidak mencukupi dibandingkan
dengan pesanan yang diterima. Adapun
negara-negara tujuan ekspor adalah Amerikan Serikar, Belanda, Uni Emirat Arab, Pakistan, Jepang, Hongkong. Bahkan Hongkong yang tidak mengembangkan
jahe juga telah mengekspor manisan jahe yang dioleh dari jahe yang diimpor dari
Indonesia.
Jenis Tanaman Jahe
Tanaman
Jahe dapat dibedakan dari beberapa jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna
rimpang yaitu Jahe Putih Kecil, Jahe Putih Besar dan Jahe Merah.
- Jahe Merah disebut juga Jahe Sunti dengan ciri-ciri sebagai berikut : rimpangnya kecil berwarna kuning kemerahan dan seratnya kasar, rasanya sangat pedas dan aromanya sangat tajam.
- Jahe Putih Kecil atau jahe emprit dengan ciri-ciri sebagai berikut : bentuknya pipih, warnanya putih kuning, seratnya lembut dan aromanya lebih tajam dari jahe putih besar.
- Jahe putih Besar lebih dikenal dengan nama Jahe Badak atau Jahe Gajah dengan ciri-ciri sebagai berikut : rimpangnya jauh lebih besar dan ukurannya lebih gemuk tetapi aroma dan rasanya kurang tajam dibanding kedua jenis lainnya.
II.
PEMBIBITAN
Tanaman jahe diperbanyak secara vegetatif dengan
menggunakan rimpang. Pemilihan bibit
disesuaikan dengan tujuan produksi.
Untuk produksi segar baik tua maupun muda hendaklah ditanam jahe
gajah. Sedangkan untuk produksi
minuman, rempah-rempah, obat tradisional dan minyak arsiri memakai jenis jahe
putih kecil dan klon jahe merah.
Bibit
hendaklah berasal dari tanaman yang baik yaitu :
- Dari tanaman yang tua dimana tajuknya mengering umur 9 – 10 bulan.
- Dari tanaman yang sehat terutama tidak terserang penyakit layu bakteri, busuk rimpang dan lalat rimpang.
- Tidak memar dan kulit tidak lecet.
Bibit diambil dari potongan rimpang dengan 1 –2
mata tunas yang telah tumbuh, dengan berat 20 – 40 gram untuk jahe putih kecil
dan jahe merah sedangkan jahe gajah seberat
25 – 60 gram. Kebutuhan bibit
tiap hektar tergantung jenis dan jarak tanam, untuk jahe putih kecil dan jahe
merah membutuhkan bibit sebanyak 1- 2 ton / ha sedangkan untuk jahe gajah
membutuhkan bibit sebanyak 2 – 3 ton / ha.
Bila dipanen muda dapat ditanam lebih rapat lagi sehingga kebutuhan
bibit lebih banyak yaitu 4 – 6 ton / ha
dengan populasi tanaman sekitar 80.000 tanaman / ha.
Sebelum ditanam bibit perlu diperlakukan sebagai berikut :
- Bibit disimpan pada tempat yang cukup lembab dan gelap sampai terbentuk tunas.
- Bibit dipotong sesuai ukuran yaitu 1 –2 tunas yang tumbuh.
- Potongan bibit direndam dalam Agrimicin 0,1 % selama 8 jam.
Bagian bibit yang terluka dicelupkan kedalam larutan kental
abu dapur atau bisa ditambah fungisida Dithane M 45 atau Benlate.
III. BUDIDAYA
Syarat
Tumbuh
Agar diperoleh rimpang yang gemuk berdaging,
tanaman jahe sebaiknya ditanam di tanah yang banyak mengandung bahan organik
atau humus dan drainase yang baik. Jenis
tanah yang cocok yaitu tanah andosol dan latosol merah coklat serta keasaman
tanah normal (ph : 6 – 7).
Tanaman jahe umumnya ditanam pada daerah tropik dan
sub tropik yang mendapat curah hujan yang agak merata sepanjang tahun dan curah
hujan yang cocok berkisar antara 1.500 – 4.000 mm / tahun. Selain itu tanaman jahe paling cocok ditanam
pada daerah yang beriklim sejuk dengan ketinggian tempat antara 500 – 1.000 m
dari permukaan laut. Walaupun demikian
jahe gajah masih dapat ditanam pada lahan yang curah hujannya kurang dari 2.500
mm, dataran rendah dan lahan gambut dengan penambahan unsur hara dan pengaturan
drainase.
Pada umumnya selama fase pertumbuhan, tanaman jahe memrlukan intensitas sinar yang cukup tinggi, oleh karena itu jahe lebih baik ditanam di daerah terbuka. Walaupun demikian pada awal pertumbuhan, jahe dapat ditanam diantara tanaman semusim seperti cabe keriting.
Pada umumnya selama fase pertumbuhan, tanaman jahe memrlukan intensitas sinar yang cukup tinggi, oleh karena itu jahe lebih baik ditanam di daerah terbuka. Walaupun demikian pada awal pertumbuhan, jahe dapat ditanam diantara tanaman semusim seperti cabe keriting.
Penanaman
Tanah diolah sampai gembur
dengan mencangkul sedalam lebih kurang 30 cm. kemudian dibuat saluran drainase
agar air tidak tergenang. Setelah tanah
diolah kemudian diberi pupuk kandang sebanyak 20 – 30 ton / ha dan di atas
pupuk kandang diberikan pupuk SP 36 sebanyak 300 – 400 kg / ha. Untuk tanah yang kandungan liatnya tinggi
dapat diberi alas sekam sebanyak 5 ton / ha sebelum diberi pupuk kandang. Agar diperoleh rimpang yang gemuk berdaging,
tanaman jahe sebaiknya ditanam di tanah yang banyak mengandung bahan organik
atau humus dan drainase yang baik. Jenis
tanah yang cocok yaitu tanah andosol dan latosol merah coklat serta keasaman
tanah normal (ph : 6 – 7 ).
Tanaman jahe umumnya
ditanam pada daerah tropik dan sub tropik yang mendapat curah hujan yang agak
merata sepanjang tahun dan curah hujan yang cocok berkisar antara 1.500 – 4.000
mm / tahun. Selain itu tanaman jahe
paling cocok ditanam pada daerah yang beriklim sejuk dengan ketinggian tempat
antara 500 – 1.000 m dari permukaan laut.
Walaupun demikian jahe gajah masih dapat ditanam pada lahan yang curah
hujannya kurang dari 2.500 mm, dataran rendah dan lahan gambut dengan
penambahan unsur hara dan pengaturan drainase.
Pada umumnya selama fase pertumbuhan,
tanaman jahe memrlukan intensitas sinar yang cukup tinggi, oleh karena itu jahe
lebih baik ditanam di daerah terbuka.
Walaupun demikian pada awal pertumbuhan, jahe dapat ditanam diantara
tanaman semusim seperti cabe keriting.
Pemeliharaan
Fase pemeliharaan tanaman merupakan masa yang
sangat penting dan menentukan dalam mengahasilkan produksi sesuai dengan yang
diharapkan.
Penyulaman tanaman dapat dilakukan dua atau tiga
minggu setelah tanam untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh atau
pertumbuhannya lambat. Pada waktu tiga bulan pertama tanaman jahe memerlukan
lingkungan tumbuh yang prima, untuk itu perlu dilakukan penyiangan sebulan
sekali. Bersamaan dengan penyiangan
juga dilakukan pembumbunan setelah tanaman berumur 2 – 3 bulan.
Pemupukan susulan pertama dilakukan satu bulan
setelah tanam dengan pupuk urea 400
kg / ha dan KCL sebanyak 300 kg / ha.
Pada waktu tanaman berumur tiga bulan dipupuk dengan pupuk urea sebanyak
400 kg / ha.
Serangan penyakit tanaman yang paling membahayakan adalah
layu bakteri yang sampai saat ini belum ada pestisida yang efektif mengatasi
serangannya. Oleh karena itu usaha
terbaik untuk mengatasinya dengan langkah pencegahan. Faktor yang perlu diperhatikan adalah
kondisi lahan, bibit, rotasi tanaman dan sistem drainase. Selain itu tanaman jahe dapat juga diserang
penyakit busuk rimpang, bercak daun, lalat rimpang serta nematoda.
IV. PANEN
Tanaman jahe
umumnya dipanen tua setelah berumur 8 – 10 bulan saat kadar oleoresin optimum
ditandai dengan rasa pedas dan bau harum.
Khusus untuk jahe gajah bisanya dipanen disesuaikan dengan tujuan
pemanfaatannya. Pekebun memanen jahe
muda apabila harga sedang tinggi atau berindikasi terserang gejala
penyakit, hasilnya berkisar antara 3 – 5
ton / ha. Apabila dipelihara dengan
baik jahe gajah dapat menghasilkan 15
– 30
V. PASCA PANEN
Setelah
dipanen jahe sesegera mungkin dijual ke pasar, penyimpanan yang kurang baik dan
terlalu lama beresiko menimbulkan penyakit pasca panen. Selain itu bila terlalu lama disimpan maka
bobot jahe akan berkurang atau susut sampai 10%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar